Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa Paseduluran, Konsep Warga Lereng Gunung Merapi Hadapi Erupsi

Kompas.com - 06/11/2020, 05:35 WIB
Wijaya Kusuma,
Labib Zamani,
Khairina

Tim Redaksi

 

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Erupsi Gunung Merapi 2010 menjadi pelajaran berharga dalam penanggulangan bencana, termasuk pengungsian.

Belajar dari pengalaman itulah, pada tahun 2014 muncul pengungsian dengan konsep "sister village" atau paseduluran desa.

"Jadi sister village itu kan mengubah mindset pengungsian," ujar Kasi Mitigasi Bencana BPBD Sleman, Joko Lelono saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/10/2020).

Joko menyampaikan konsep pengungsian sister village ini di Sleman dimunculkan sejak tahun 2014.

Di dalam sister village ini ada kesepakatan antara dua wilayah yakni desa terdampak dengan desa penyangga.

Baca juga: Warga di Daerah Bahaya Erupsi Merapi Bakal Dievakuasi ke Desa Paseduluran

Mereka sepakat untuk bersama-sama menanggulangi bencana dengan semangat saling menolong dan gotong-royong.

"Itu ada MoU dari masing-masing desa, nanti kepala desa yang saat itu menjabat ya menjalankan MoU yang ada tentang sister village," urainya.

Dijelaskanya dengan konsep sister village ini, maka warga terdampak erupsi Gunung Merapi diarahkan untuk mengungsi ke desa penyangga yang ada di bawahnya.

Bentuk pengungsiannya adalah persaudaraan atau kekeluargaan.

Dicontohkannya, misalnya untuk warga Desa Glagaharjo saat harus mengungsi karena erupsi Gunung Merapi maka secara otomatis akan diterima di Desa Sindumartani.

"Warga sudah tahu kalau mengungsi harus ke mana, karena SOP-nya sudah ada dan sudah ditetapkan. Itu kalau erupsinya lebih dari 15 Kilo, kalau tidak lebih dari itu Glagah (Desa Glagaharjo) sudah punya beberapa barak pengungsian sendiri," tuturnya.

Joko menuturkan, pada saat erupsi 2010, para pengungsi banyak yang mengalami stres. Sebab mereka hanya tinggal di barak pengungsian dan tidak ada aktivitas.

Namun, dengan sistem sister village ini pengungsi akan diterima di rumah-rumah warga. Sehingga pengungsi bisa beraktivitas bersama keluarga tersebut.

"Harapanya pengungsi bisa beraktivitas mengikuti yang punya rumah. Kalau pemilik rumah aktivitasnya bertani, ya ikut bertani, agar tidak bosan lah," ungkapnya.

 

Sister village juga lakukan kerja sama prabencana

Konsep sister village tidak hanya berjalan saat terjadi pengungsian bencana erupsi Gunung Merapi.

Namun, harapannya, hubungan ataupun kerja sama antara masing-masing berjalan saat tidak ada bencana alam.

"Kedepanya sistem Sister Village ini tidak hanya pada waktu pengungsian, tapi dilakukan kerjasama pada waktu pra bencana seperti ini. Ini sedang disosialisasikan," ujarnya.

Dijelaskannya, di antara masing-masing desa saat kondisi tidak ada bencana seperti saat ini diharapkan ada kerja sama.

Di mana, kerja sama ini bisa dalam bidang ekonomi sehingga saling menguntungkan.

Dicontohkannya, misalnya Desa Glagaharjo sebagai penghasil susu. Nanti, untuk pengolahan produk hingga pemasaran  bisa dilakukan oleh desa penyangga yang ada dibawahnya.

"Tujuan dan harapnya itu masing-masing desa bisa saling memberi manfaat. Ini sudah ada yang memulai, koperasi susu kan di Wukirsari dan penghasilnya kan di Glagaharjo sana," pungkasnya.

Konsep desa saudara di Boyolali

 Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah membentuk konsep desa persaudaraan atau sister village dalam mengurangi risiko dampak letusan Gunung Merapi.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali, Bambang Sinungharjo mengatakan, konsep desa persaudaraan dibentuk guna memudahkan evakuasi masyarakat di daerah rawan bencana Gunung Merapi ke desa yang aman.

"Sister village kalau di Indonesia desa persaudaraan. Atau antara desa yang rawan bencana erupsi Merapi atau kawasan rawan bencana (KRB) 3 dan KRB 2 dengan desa penyangga yang aman," kata Bambang saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (2/11/2020).

"Jadi, nanti kalau terjadi bencana erupsi Merapi itu otomatis desa-desa yang sudah kita jadikan sister village itu nanti penyangganya di situ," sambung dia.

Baca juga: Warga di Daerah Bahaya Erupsi Merapi Bakal Dievakuasi ke Desa Paseduluran

Dikatakan Bambang, konsep desa persaudaraan telah melibatkan 20 desa. Baik antar desa di Boyolali maupun antar-kabupaten karena jaraknya berdekatan.

Konsep desa persaudaraan terjalin secara bertahap. Tahap I (Juli 2016) ada dua desa di Kecamatan Selo menjalin persaudaraan dengan desa di Kecamatan Ampel dan Boyolali Kota.

Dua desa di Kecamatan Selo itu adalah Desa Lencoh dengan Desa Kembang, Kecamatan Ampel dan Desa Jrakah dengan Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali Kota.

Tahap II (Desember 2016) ada sembilan desa yang mengingat persaudaraan, yakni Desa Mriyan, Kecamatan Musuk dengan Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali Kota; Desa Gedagangan, Kecamatan Cepogo dengan Desa Pulisen, Kecamatan Boyolali Kota; Desa Samiran, Kecamatan Selo dengan Desa Desa Mudal, Kecamatan Boyolali Kota; Desa Cluntang, Kecamatan Musuk dengan Desa Siswodipuran, Kecamatan Boyolali Kota.

Kemudian Desa Sumur, Musuk dengan Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo; Desa Wonodoyo, Kecamatan Cepogo dengan Desa Penggung, Kecamatan Boyolali Kota; Desa Lanjaran, Kecamatan Musuk dengan Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali Kota dan Desa Sukabumi, Cepogo dengan Kelurahan Banaran, Kecamatan Boyolali Kota.

Tahap III (Mei 2017) ada enam desa yang menjalin persaudaraan, yakni Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo dengan Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel; Desa Sangup, Kecamatan Musuk dengan Desa Madu, Kecamatan Mojosongo; Desa Selo, Kecamatan Selo dengan Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel.

Lalu ada Desa Kembangsari, Kecamatan Musuk dengan Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo; Desa Suroteleng, Kecamatan Selo dengan Desa Karangnongko, Kecamatan Mojosongo dan Desa Jombang, Kecamatan Cepogo dengan Desa Tambak, Kecamatam Mojosongo.

Tahap IV (Februari 2018) ada satu desa yang menjalin persaudaraan. Desa persaudaraan ini terjalin antar desa di Boyolali dengan desa di Magelang.

Desa itu adalah Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali dengan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Magelang.

Tahap V (Februari 2019) ada dua desa, yakni Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali dengan Desa Mertoyudan, Magelang dan Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali dengan Desa Bumirejo, Mungkid, Magelang.

"Desa sister village nanti kalau terjadi erupsi (Gunung Merapi) baik itu yang signifikan, mengungsinya di desa yang sudah ada MoU-nya itu," terang dia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com