Teguh menuturkan, awan itu terbentuk akibat adanya gelombang angin di antara pegunungan sehingga menyebabkan turbulensi yang mengakibatkan awan berbentuk melingkar dan bertingkat menyerupai lesung atau lensa.
"Awan-awan ini mengindikasikan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang cukup kuat sehingga berbahaya bagi penerbangan rendah seperti helikopter di sekitar awan," kata dia.
Baca juga: Tak Hanya Awan Panas, Gunung Sinabung Juga Keluarkan Lava Pijar
"Fenomena awan ini secara meteorologi, tidak mengindikasikan fenomena lain seperti akan datangnya gempa atau bencana besar lainnya. Awan tersebut hanya mengindikasikan adanya turbulensi di lapisan atas bukan di permukaan bumi," tambah dia.
Terbentuknya awan lenticular ini merupakan fenomena yang jarang terjadi. Awan itu terbentuk ketika ada kecepatan angin yang cukup tinggi di sekitar pegunungan.
"Fenomena ini jarang terjadi dan hanya bersifat momentum atau waktu- waktu tertentu, biasanya ditandai adanya kecepatan angin yang cukup kuat lebih dari beberapa hari di sekitar pegunungan," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.