Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Bertahan Selama Pandemi, Tetap Melaut demi Makan meski Harga Udang Turun

Kompas.com - 05/11/2020, 12:50 WIB
Suwandi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Meskipun harga udang mengalami penurunan, namun nelayan tetap melaut. Sebab, pekerjaan ini merupakan satu-satunya usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Mau tidak mau tetap melaut, Pak. Kita tetap cari udang. Kalaupun harganya murah, kalau kita dapatnya banyak, kan tetap bisa untuk makan," kata Andu lagi.

Merosotnya harga udang sangat berpengaruh pada pendapatan nelayan. Menurut dia, ketika harga udang normal, nelayan masih memiliki penghasilan.

Apabila tidak mampu menangkap dalam jumlah banyak, maka nelayan mengalami kerugian.

Dia meyakini penurunan harga udang ini disebabkan pengiriman udang ke luar negeri terbatas karena dunia sedang dihantam pandemi.

Saat kondisi normal, toke tidak membatasi pembelian udang. Sementara sekarang sangat terbatas dan harganya pun murah.

Dia berharap harga udang dapat kembali normal karen sebagian besar warga di Tungkal adalah nelayan. Penghasilan utamanya adalah mencari udang ketak.

Gelombang tinggi ancam nelayan

Selain harga udang yang menurun drastis, Jambi memasuki La Nina. Intensitas hujan bisa disertai angin kencang. Kondisi ini membuat gelombang tinggi dan menyulitkan nelayan untuk mencari udang ketak.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanjab Barat, Netty Martini, menuturkan akan fokus mengembangkan teknologi untuk menjaga salinitas.

La Nina diyakini akan mengubah salinitas di pesisir. Keadaan salinitas akan menjadi ekstrem ketika curah hujan tinggi.

Baca juga: Dihajar Pandemi, Tangkapan Nelayan di Lampung Menurun 75 Persen

Daerah jelajah udang ketak bisa menjadi air tawar. Hal ini akan menyebabkan kematian masal udang ketak.

"Teknologi mempertahankan salinitas masih langka," tegasnya.

Dia juga berharap nelayan tetap mengutamakan keselamatan melaut dalam kondisi La Nina dan puncak gelombang tinggi.

Selanjutnya, Netty menuturkan harga udang maupun ikan di nelayan sangat fluktuatif, mengikuti pasar global.

"Sekarang normal. Tapi sangat berfluktuatif. Tergantung negara tujuan ekspor," kata Netty menjelaskan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com