Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala BMKG: Bulan November Waspadai Dampak La Nina

Kompas.com - 05/11/2020, 06:18 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKGDwikorita Karnawati mengingatkan dampak La Nina di kawasan Indonesia dengan peningkatan curah hujan hampir merata di seluruh kawasan.

Potensi bencana seperti tanah longsor dan banjir perlu diwaspadai.

Dijelaskan, peningkatan intensitas hujan di Indonesia bervariasi 20- 40 persen dibanding waktu normal, terutama tengah utara dan timur.

Untuk bulan Oktober dan November curah hujan tinggi merata di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatera.

Baca juga: Dari La Nina, Potensi Tsunami hingga Banjir, Jabar Bersiaga Hadapi Bencana Hidrometeorologi

Namun demikian, kawasan Sumatera ada wilayah perbukitan barisan sehingga curah hujannya tetap tinggi sepanjang tahun.

"Kesimpulannya Oktober November seluruh wilayah perlu mewaspadai La Nina ini, November ini terutama. (Untuk) puncaknya (La Nina) sebagian besar di wilayah Indonesia bulan Desember," kata Dwikorita disela Focus Group Discussion (FGD) mengenai hasil kegiatan Sekolah Lapang Iklim Operasional (SLIO) di Kapanewon Gedangsari, Selasa (3/11/2020)

"Sebagian lagi (wilayah Indonesia puncaknya pada bulan) Januari, dan Februari," katanya

Disinggung mengenai dampak di kawasan Gunungkidul, mantan Rektor UGM ini mengatakan, La Nina meningkatkan curah hujan 10-30 persen dengan penambahan curah hujan antara 50 sampai 120 mm per bulannya.

Dampak positif yang bisa dirasakan yakni daerah kering bisa mendapatkan pasokan air yang meningkat.

Hal itu bisa digunakan untuk peningkatan produksi pertanian seperti di Ngalang, Gedangsari dibangun dam parit selain untuk memanen air hujan, juga digunakan untuk mengurangi potensi banjir.

Dampak negatif La Nina yakni potensi longsor, dan banjir karena curah hujan tinggi.

Baca juga: La Nina, Sejumlah Daerah Berpotensi Banjir pada November 2020 hingga Januari 2021

 

Dwikorita menyebut untuk mengantisipasi tanah longsor bisa dilakukan dengan cara membuat drainase yang bagus di lereng perbukitan. Jangan sampai menyebabkan air menumpuk. Selain itu, menanam tanaman seperti akar wangi.

"Nomor satu mengatur tata air, jangan sampai air hujan yang meresap di dalam lereng tersumbat, jadi perlu adanya drainase suling-suling itu.Jangan melakukan pembebanan lereng berlebih atau memotong lereng," kata Dwikorita.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, berdasarkan pemetaan BPBD ada beberapa wilayah Kapanewon yang berpotensi longsor seperti di Gedangsari, Patuk, Nglipar, Semin, dan Ponjong bagian utara. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas pertanian di lereng untuk mencegah longsor.

"Desa Tangguh bencana sudah dibentuk di kawasan rawan seperti Gedangsari," kata Edy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com