Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sugeng Tindak, Ki Seno Nugroho...

Kompas.com - 05/11/2020, 06:06 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Dalang Ki Seno Nugroho asal Bantul, Yogyakarta, meninggal dunia pada Selasa (3/11/2020) malam dalam usia 48 tahun.

Sebelum meninggal, Ki Seno sempat dirawat di RS PKU pada September 2020 karena penyumbatan darah di jantung.

Tiga hari sebelum meninggal, Ki Seno sempat mengeluh nyeri. Namun, pada Senin (2/11/2020), Ki Seno masih menggelar pentas wayang secara streaming.

Baca juga: Seniman Den Baguse Ngarso: Ki Seno Nugroho Dalang yang Cerdas

Satu hari setelahnya, tepatnya Selasa (3/11/2020), Ki Seno meliburkan pentas wayang dan pada Selasa petang ia menyempatkan diri bersepeda.

Namun, di tengah jalan, Seno kesakitan dan dijemput pulang ke rumah.

Setelah beristirahat di rumah, kondisi Seno tak kunjung membaik dan ia muntah-muntah.

Oleh sang istri dan warga sekitar, Seno dibawa ke UGD RS PKU Muhammadiyah Gamping dalam kondisi sadar.

Setelah itu Ki Seno dipindahkan ke ICU dan kondisinya terus memburuk. Tim medis mengatakan, penyumbatan darah di jantung Ki Seno sekitar 200 persen.

Pada Selasa sekitar pukul 22.14 WIB, Ki Seno dinyatakan meninggal dunia.

Baca juga: Sosok Ki Seno Nugroho di Mata Ganjar Pranowo, Dalang yang Khas

Diiringi gending Ladran Gajah

Pengrawit yang Akan Mengiringi Dalang Seno Nugroho ke Peristirahatan TerakhirKOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Pengrawit yang Akan Mengiringi Dalang Seno Nugroho ke Peristirahatan Terakhir
Sebelum meninggal, Ki Seno sempat berwasiat ingin ada iringan gending jawa saat pemakamannya.

"Itu (permintaan iringan) waktu pentas sih, sudah lama saya lupa kapan," ucap manajer Ki Seno, Gunawan Widagdo, Rabu (4/11/2020).

Hal serupa dikatakan salah seorang Sinden Ki Seno, Tatin Lestari Handayani. Dia mengakui permintaan tersebut disampaikan Ki Seno saat pentas wayang.

Baca juga: Jenazah Ki Seno Dimakamkan Satu Liang Lahat dengan Ayahnya di Semaki Gede

"Sesuk kalau aku ra ono iki diunekke (Besok saat aku meninggal ini dibunyikan)," kata Tatin menirukan permintaan Seno.

Rabu sekitar pukul 11.07 WIB, gending Ladran Gajah Seno mulai dimainkan oleh belasan sinden dan pengrawit di rumah duka di Dusun Gayam, Bantul, Yogyakarta.

Suasana hari sungguh terasa dan 11 sinden yang menyanyikan gending terlihat tak berhenti menitikkan air mata.

Baca juga: Ki Seno di Mata Butet Kertaradjasa, Dalang yang Menjawab Tantangan Zaman

Mereka bernyanyi diiringi alunan gamelan dari grup Wangso Laras yang bisa mengiringi dalang Ki Seno.

Gending Ladran Gajah Seno adalah ciptaan Joko Porong. Seno dan Joko Porong sudah bersahabat sejak tahun 1989 dan sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga besar.

Kepada Kompas.com, Joko bercerita bahwa gending itu ia ciptakan sekitar tiga tahun lalu atas permintaan Ki Seno untuk inovasi dalam pertunjukan.

Baca juga: Beri Penghormatan Terakhir untuk Dalang Ki Seno, Belasan Sinden Menyanyikan Gending Ladran Gajah

"Dia hanya minta tolong buatkan gending yang bisa untuk saya istirahat (saat pentas)," ucap Joko.

"Akhirnya saya membuat gending sebenarnya berangkat dari suluknya dalang, saya bawakan dalam gending agar dia (Seno) Istirahat," kata Joko di rumah duka, Rabu (4/11/2020).

Joko mengaku tidak mengetahui permintaan Seno untuk diiringi gending ciptaannya.

"Saya baru tahu ini tadi, bahkan saya (bertanya) kenapa harus itu (gending Ladran Gajah Seno), kenapa harus ngomong itu. Semua pasti enggak ingin (Seno meninggal), Apalagi gawean (buatan) saya untuk itu (gending meninggal)," ucap dia.

Sementara itu, jenazah Ki Seno disemayamkan di rumah limasan dan ditutup kain batik warna hitam.

Di samping jenazah, ada dua gambar Ki Seno dan nisan yang akan dipasang di makam.

Baca juga: BERITA FOTO: Dalang Ki Seno Nugroho Meninggal, Gending Jawa Dimainkan di Rumah Duka

Dimakamkan satu liang dengan sang ayah

Makam dalang kondang Ki Seno NugrohoKompas.com/Wisang Seto Pangaribowo Makam dalang kondang Ki Seno Nugroho
Jenazah Ki Seno dimakamkan sat liang lahat dengan sang ayah Ki Suparman Cermo Wiyoto di pemakaman Semaki Gede, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Kerabat Ki Seno, Paulina Suratmi (86) mengatakan, Ki Seno dimakamkan satu liang dengan ayahnya, yakni Ki Suparman sesuai dengan keputusan keluarga.

"Dikuburkan satu liang dengan ayahnya. (Ki Seno) anak keempat dari lima bersaudara," ucapnya saat ditemui di lokasi pemakaman, Rabu (4/11/2020).

Sementara itu, adik Sri Sultan, Gusti Bendara Pangeran Harya (GBPH) Yudhaningrat, mengatakan, Ki Seno merupakan dalang dengan kecerdasan tinggi.

Baca juga: Dalang Ki Seno Nugroho Meninggal, Menko PMK Sampaikan Dukacita

Sebab, menurut dia, dalang-dalang lain mudah ditebak alur ceritanya.

Hal itu berbeda dari apa yang dilakukan oleh Ki Seno yang selalu memberikan warna lain saat pentas.

"Kalau ndalang gitu-gitu saja sudah bisa ketebak penonton, sehingga beliaunya juga sering ada lakon lain sesuai dengan permintaan yang nanggap," katanya.

Dia juga mengungkapkan jika Ki Seno telah berjanji mengurangi pentasnya pada tahun 2018.

Dalam janjinya tersebut, Ki Seno ingin dalam seminggu hanya dua kali pentas wayang kulit.

"Beliau ini sudah istilahnya bersumpah sendiri, setelah 2018 ini akan mengurangi kegiatan, jadi jangan sampai satu bulan itu penuh. Namun, hanya dua kali dalam seminggu karena sudah merasa tidak enak badan," ujar dia.

Baca juga: Wafat di Usia 48 Tahun, Ini Profil Dalang Ki Seno Nugroho

Dari keluarga seniman

Pintu Masuk Rumah duka Ki Seno Nugroho. Penjaga tamu mengenakan Pakaian Jawa di Rumah duka Sedayu, Bantul Rabu (4/11/2020)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Pintu Masuk Rumah duka Ki Seno Nugroho. Penjaga tamu mengenakan Pakaian Jawa di Rumah duka Sedayu, Bantul Rabu (4/11/2020)
Ki Seno memiliki laman YouTube Dalang Seno. Di akun itu, ia kerap melakukan live streaming saat mendalang.

Ki Seno berasal dari keluarga dalang. Sang kakek dan sang ayah, Ki Suparman, juga seorang dalang terkenal di Yogyakarta.

Di laman YouTube "Dalang Seno" yang live pada tanggal 11 Mei 2019, Seno menceritakan awal mulai dirinya menekuni seni pedalangan.

Seno muda yang saat itu masih duduk di bangku SMP diajak sang ayah untuk menonton pertunjukan wayang Ki Mantep Sudarsono di Sasono Hinggil Dwi Abad, Kraton Ngayogyakarta.

Baca juga: Dalang Ki Seno Nugroho Sempat Minta Diiringi Gamelan jika Meninggal

Sepulang dari pertunjukan tersebut, Seno muda tergugah untuk menekuni seni pedalangan.

Ia pun menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) yang saat ini menjadi SMKN 1 Kasihan Bantul.

Saat duduk di kelas II SMK, sang ayah, Ki Suparman, jatuh sakit. Pikirannya semakin berkecamuk saat sang paman, Ki Supardi yang juga seorang dalang, menanyakan kepadanya siapa yang akan meneruskan pilihan sang ayah untuk menjadi dalang.

Seno pun semakin yakin untuk memilih dalang sebagai jalan hidupnya.

Seno pertama kali mendalang bersama Ki Supardi di Mrican, Gejayan, Sleman. Saat itu ia mau mendalang dengan syarat sang ayah tak boleh menonton karena ia takut dan grogi.

Selama mendalang, Seno muda tak pernah menyadari bahwa sang ayah mengiringinya bermain rebab.

Baca juga: Kronologi Meninggalnya Dalang Ki Seno, Sempat Gelar Pentas Wayang Streaming, Sepedaan, dan Muntah

Sebelum meninggal, ayah Seno menuruti keinginan anaknya untuk membeli drum dan kelir.

"Bapak saya melihat saya mayang itu sekal," katanya.

Kala itu ia bercerita bahwa gaya mendalangnya dipengaruhi oleh dalang idolanya, mulai dari Ki Matep Sudarsono, almarhum Hadi Sugito, H Sukron Suwondo, hingga Ki Gondo Darman.

Ia menyebut setiap dalang mempunyai kelebihan masing-masing.

Baca juga: Ki Seno Nugroho Meninggal Dunia, Simak Perjalanan Kariernya Selama Ini...

Gelar pentas hingga ke Belanda dan Belgia

Pengrawit yang Akan Mengiringi Dalang Seno Nugroho ke Peristirahatan TerakhirKOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Pengrawit yang Akan Mengiringi Dalang Seno Nugroho ke Peristirahatan Terakhir
Selain fokus mendalang, Seno juga berkolaborasi dengan kesenian lainnya.

Bahkan, dengan kakaknya Wiroto yang juga koreografer sudah melakukan pementasan di Belanda dan Belgia.

Selain itu ia bersama Madusari, grup karawitan di Kanada, berkolaborasi mementaskan wayang di Kanada, tour 7 kota.

"Buinos Aires di KBRI Argentina mengikuti festival wayang dunia. Ini yang luar biasa, harusnya saya pentas satu kali, tapi karena luar biasa animo penonton sampai saya pentas 3 kali, harusnya disuruh keempat tetapi saya harus pulang ke Indonesia."

Baca juga: Sebelum Meninggal, Dalang Ki Seno Nugroho Merasakan Sakit Saat Bersepeda

"Buinos Aires itu luar biasa, saya sampai menangis waktu melihat penonton itu. Karena di negara tidak tahu wayang. Wayangnya hanya mupet boneka itu, kita pesta wayang kulit penontonnya kaya antri tiket box office," ucapnya kala itu.

Nama Ki Seno juga tak kalah tenar dengan nama Didi Kempot yang berhasil menggaet kalangan anak muda.

Seno mampu mengajak anak muda milenial kembali duduk di alas seadanya untuk menyaksikan pagelaran wayang semalam suntuk.

Bahkan, bagi yang tidak bisa menonton langsung di lokasi, bisa streaming melalui akun YouTube pribadinya " Dalang Seno".

Baca juga: Wakil Wali Kota Yogya: Dalang Ki Seno Nugroho Raja Live Streaming Indonesia

Ia juga memiliki penggemar dengan nama PWKS alias Penggemar Wayang Ki Seno Nugroho yang memiliki ribuan pengikuti.

Bahkan mereka juga terbagi menjadi beberapa koordinator wilayah.

Seno menceritakan, kesuksesan menggaet anak muda rela duduk berjam-jam karena dia mendalang dengan bahasa yang sederhana.

“Kami membuat (mementaskan) wayang itu diterima semua kalangan. Wayang identik dengan sastra atau bahasa yang sulit itu kita permudah saja, “ kata Seno kala itu, Minggu (4/8/2019) di Gunungkidul.

Baca juga: Dalang Kondang Ki Seno Nugroho Meninggal

Penggemarnya tak hanya terbatas di Yogyakarta namun tersebar di sebagian Pulau Jawa.

Saat pementasan, dirinya mengikuti keinganan penonton untuk lakon yang dimainkan.

Meski sebenarnya sudah sering dimainkan, ia tidak mempermasalahkan yang terpenting kepuasan penonton.

"Satu lagi menonjolkan tokoh Bagong yang disenangi anak muda itu. Dia saya buat paling ndugal, ketika berhadapan kepada raja paling terhormat. Kalau sudah bagong marah diunek-unekke (dimarahi). Gleleng ning sembodo (Nakal tetapi bisa membuktikan), anak muda kan seperti itu kan. Jiwanya masih jiwa panas," ucapnya.

Saat pementasan, ada beberapa kamera perekam yang terpasang dan memiliki dua operator yang siap menyiarkan live streaming pagelaran wayang.

Baca juga: Kisah Dalang Ki Seno Nugroho, Jadwal Pentas Setiap Hari hingga Live Streaming (2)

Seno mengaku menggunakan sarana media sosial untuk menyiarkan pementasannya cukup efektif mengenalkan wayang kepada anak muda.

“Anak sekarang SD saja sudah pegang HP, buka-nya konten YouTube atau nonton film atau apa. Kita coba lewat situ (YouTube) ternyata dan ini luar biasa. Semalam itu minimal 10 ribu penonton. Untuk pertunjukan tradisional lho Mas, itu luar biasa. Tembus 20 ribu (penonton) di Magelang kemarin,” ujarnya.

Baca juga: Kisah Dalang Hits Ki Seno Nugroho, Digemari Milenial hingga Jadwal Padat (1)

Dalang yang menjawab tantangan zaman

Penggemar Ki Seno sata mengantar idolanya ke tempat peristirahatan terakhir di makam daerah SemakiKompas.com/Wisang Seto Pangaribowo Penggemar Ki Seno sata mengantar idolanya ke tempat peristirahatan terakhir di makam daerah Semaki
Tokoh seni Yogyakarta, Butet Kertaradjasa, ikut merasa kehilangan dengan meninggalnya dalang Ki Seno Nugroho.

Butet menilai Seno adalah dalang yang menjawab tantangan zaman dengan beberapa terobosannya sehingga pewayangan bisa merambah generasi milenial.

Salah satu terobosan Seno adalah menyiarkan pementasan di kanal YouTube.

"Program dia (Ki Seno) main wayang di rumahnya untuk bisa ditonton seluruh orang di Indonesia. Climen itu bagi saya itu ikhtiar dia merespons dunia digital dunia pewayangan," kata Butet usai melayat di rumah duka Seno, Rumah Duka Dusun Gayam, Desa Argosari, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Rabu (4/11/2020).

Baca juga: Kerinduan Keluarga dan Cerita Bertemu Didi Kempot Lewat Mimpi

"Celelekannya (candaannya) kurang ajarnya bisa diterima oleh masyarakat oleh audiens dunia pakeliran (wayang). Sastranya genah (pas). Keterampilannya genah dan banyak orang berharap (menggantikan Hadi Sugito)," ucap Butet.

Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo turut berbelasungkawa atas meninggalnya Ki Seno Nugroho.

Ganjar mengaku baru mendapat kabar duka tersebut dari para seniman.

"Tadi pagi saya dikasi tahu sama kawan-kawan seniman. Beliau (Ki Seno) telah mendahului kita. Mendoakan semoga husnul khatimah," jelas Ganjar di kantornya, Rabu (4/11/2020).

Baca juga: Peluk Nisan Didi Kempot, Yan Velia Menangis Rindu

Jenazah ki Seno Nugroho disemayamkan di Rumah Duka Sedayu BantulKOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Jenazah ki Seno Nugroho disemayamkan di Rumah Duka Sedayu Bantul
Menurutnya, sosok Ki Seno merupakan seorang dalang yang memiliki karakter khas di setiap penampilannya.

"Cara beliau mendalang selama ini itu khas, semua punya kesan, karena ada yang unik dari beliau," ucapnya.

Ucapan duka cita juga datang dari Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Saya mengucapkan dukacita sedalam-dalamnya atas wafatnya dalang muda asal Yogyakarta, Ki Seno Nugroho," ujar Muhadjir dikutip dari siaran pers, Rabu (4/11/2020).

Baca juga: Mereka yang Ambyar di Makam Didi Kempot

Kepergiannya pun membuat Muhadjir merasa kehilangan, apalagi ia pernah beberapa kali menyaksikan pertunjukan yang digelar almarhum.

"Saya beberapa kali telah menonton pertunjukan yang digelarnya. Almarhum adalah dalang wayang kulit yang tak kalah hebatnya dengan almarhum Ki Manteb Sudharsono," kata dia.

Ki Seno Nugroho diketahui telah menekuni dunia dalang sejak berusia 10 tahun

Selain itu ia juga aktif menayangkan pentas wayang secara daring melalui saluran YouTube.

"Seluruh pertunjukan yang telah digelar almarhum dan ilmu yangtelah diajarkan kepada anak didik akan menjadi amalan baik. Semoga almarhum ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa," ucap Muhadjir.

Kini, dalang kondang itu telah pergi menghadap ilahi. Karya Ki Seno akan selalu dikenang untuk selamanya.

Sugeng Tindak Ki Seno Nugroho...

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Markus Yuwono, Deti Mega Purnamasari | Editor : Khairina, Dony Aprian, Teuku Muhammad Valdy Arief, Bayu Galih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com