Saat itulah, dr Dewi diminta untuk melakukan terapi pada pasien tersebut. Dia memilih bertemu langsung dengan pasien untuk mengetahui kondisi kejiwaan mereka.
Untuk menghindari penularan Covid-19, dr Dewi memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.
Caranya dia mendatangi pasien dengan jarak sekitar dua meter. Lalu berbicara dengan pasien sambil berdiri selama 15 menit hingga satu jam.
Sebenarnya, pertemuan dengan pasien Covid-19 hanya dibatasi selama 15 menit. Namun, karena tidak cukup, akhirnya hingga satu jam.
“Tapi rata-rata berdiri sampai satu jam, karena 15 menit tidak cukup,” ujar dia.
Dr Dewi merasakan tantangan melayani pasien Covid-19 lebih berat. Dia harus berdiri dengan memakai baju hazmat yang cukup panas.
Baca juga: Asik Nongkrong, 2 Pemuda Jember Dibacok Orang Tak Dikenal
Selain itu, juga berbicara cukup lantang agar terdengar.
“Setelah saya datangi, di situ saya dapatkan tanda-tanda gangguan mental,” terang dia.
Mulai dari depresi, cemas, hingga insomnia. Mereka depresi karena selalu terpikir dengan virus corona.
Seperti kenapa tertular, kapan sembuh, khawatir dengan respons tetangga, cemas ketika pulang, apakah masih diterima tetangga atau tidak. Akhirnya mereka kesulitan tidur.
Dia menambahkan, ketika pasien membutuhkan obat, maka dia memberikan resep.
Kalau depresi diberikan obat anti depresi, kalau insomnia diberikan obat anti insomnia untuk membantu mengurangi gejalanya.