Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyulam Jaring hingga Rendahnya Ekspor, Pahit Manis Nelayan Indramayu

Kompas.com - 04/11/2020, 08:21 WIB
Kontributor Majalengka, Mohamad Umar Alwi,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Ia menambahkan, cara kerja jaring tersebut tidak jauh beda dengan cantrang. Perbedaannya, cantrang jatuh ke dasar lautan, sementara jaring ini tidak jatuh ke dasar.

"Hanya beberapa meter dari atas dasar laut dan ini tidak merusak. Beda kaya cantrang merusak, sebab ekosistem dasar laut rusak terseret oleh jaring. Tapi jaring ini (gillnet millenium) tidak. Mainnya itu beberapa meter dari atas dasar laut," kata laki-laki yang memiliki 4 anak tersebut.

Baca juga: Wilayah Tangkapan Tak Jelas Picu Konflik Nelayan di Madura

Manis yang tergerus pandemi

Mengenai jaring gillnet, Ketua Dewan Presidium Nelayan Tradisional Indonesia Kajidin mengungkapkan, jaring tersebut merupakan semi modern yang ampuh dalam menangkap ikan.

Meski bahan jaring tersebut dibuat dari Jepang dan harganya cukup mahal bagi nelayan kecil, hasil tangkapan terbilang memuaskan.

Menurut dia, jaring jenis ini efektif menangkap berbagai jenis ikan.

"Dari penggunaan jaring ini, banyak nelayan yang terangkat derajatnya. Mereka ada yang naik haji, menguliahkan anaknya ke Jepang. Karena penggunaan jaring ini efektif menangkap ikan-ikan," tutur Kajidin.

Selain itu, kelebihan jaring jenis ini bisa dioperasikan menurut musim ikan tertentu.

Sebab, menangkap ikan menggunakan jaring ini bisa di permukaan laut atau di dasar laut.

"Kita bisa mengoperasikan sesuai ikannya. Kalau ikan kerapu misalnya, jaring ini bisa dioperasikan di bawah, atau ikan kembung dan lainnya kita bisa operasikan ini di permukaan air laut," kata dia.

Menurut Kajidin, di tengah pandemi Covid-19, yang dikeluhkan nelayan bukan persoalan jaring, melainkan harga ikan yang semakin anjlok.

Sebab permintaan ekspor berkurang, sedangkan hasil tangkap terus bertambah.

Menurut Kajidin, jumlah hasil tangkapan tidak sebanding dengan penjualan ikan.

"Kan kalau barang banyak dan kebutuhan berkurang itu harganya turun. Itu yang menjadi penyebab kenapa ikan-ikan harganya turun di kalangan nelayan. Di gudang-gudang ikannya banyak, sedangkan tangkapan terus bertambah," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com