Ia menambahkan, cara kerja jaring tersebut tidak jauh beda dengan cantrang. Perbedaannya, cantrang jatuh ke dasar lautan, sementara jaring ini tidak jatuh ke dasar.
"Hanya beberapa meter dari atas dasar laut dan ini tidak merusak. Beda kaya cantrang merusak, sebab ekosistem dasar laut rusak terseret oleh jaring. Tapi jaring ini (gillnet millenium) tidak. Mainnya itu beberapa meter dari atas dasar laut," kata laki-laki yang memiliki 4 anak tersebut.
Baca juga: Wilayah Tangkapan Tak Jelas Picu Konflik Nelayan di Madura
Manis yang tergerus pandemi
Mengenai jaring gillnet, Ketua Dewan Presidium Nelayan Tradisional Indonesia Kajidin mengungkapkan, jaring tersebut merupakan semi modern yang ampuh dalam menangkap ikan.
Meski bahan jaring tersebut dibuat dari Jepang dan harganya cukup mahal bagi nelayan kecil, hasil tangkapan terbilang memuaskan.
Menurut dia, jaring jenis ini efektif menangkap berbagai jenis ikan.
"Dari penggunaan jaring ini, banyak nelayan yang terangkat derajatnya. Mereka ada yang naik haji, menguliahkan anaknya ke Jepang. Karena penggunaan jaring ini efektif menangkap ikan-ikan," tutur Kajidin.
Selain itu, kelebihan jaring jenis ini bisa dioperasikan menurut musim ikan tertentu.
Sebab, menangkap ikan menggunakan jaring ini bisa di permukaan laut atau di dasar laut.
"Kita bisa mengoperasikan sesuai ikannya. Kalau ikan kerapu misalnya, jaring ini bisa dioperasikan di bawah, atau ikan kembung dan lainnya kita bisa operasikan ini di permukaan air laut," kata dia.
Menurut Kajidin, di tengah pandemi Covid-19, yang dikeluhkan nelayan bukan persoalan jaring, melainkan harga ikan yang semakin anjlok.
Sebab permintaan ekspor berkurang, sedangkan hasil tangkap terus bertambah.
Menurut Kajidin, jumlah hasil tangkapan tidak sebanding dengan penjualan ikan.
"Kan kalau barang banyak dan kebutuhan berkurang itu harganya turun. Itu yang menjadi penyebab kenapa ikan-ikan harganya turun di kalangan nelayan. Di gudang-gudang ikannya banyak, sedangkan tangkapan terus bertambah," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.