KENDARI, KOMPAS.com- Peresmian Jembatan Teluk Kendari ternyata tidak disambut baik semua warga Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara.
Salah satu kelompok yang gusar dengan adanya jembatan sepanjang 1,3 kilometer itu adalah ojek perahu.
Warga Kendari, Sulawesi Tenggara, menyebut moda transportasi ini dengan sebutan Papalimbang.
Baca juga: Jembatan Teluk Kendari Diharapkan Dongkrak Ekonomi Sulawesi Tenggara
Saat kendaraan boleh melintas di jembatan itu, sejumlah ojek perahu Teluk Kendari mengaku mulai merasakan penurunan pendapatan.
"Sebelum jembatan beroperasi pendapatan kami bisa sampai Rp 200.000, sekarang tinggal Rp 50.000 per harinya, " kata Haerun, salah satu ojek perahu di Teluk Kendari, Selasa (3/11/2020).
Tak hanya itu, lanjut Haerun, lokasi berlabuh para ojek perahu juga terancam ditutup karena masuk dalam kawasan Jembatan Teluk Kendari.
"Otomatis orang-orang yang tadinya pakai perahu kami, sekarang akan gunakan jembatan. Jadi kami bingung mau kegiatan apa lagi kalau sudah begini," tutur Haerun.
Baca juga: Resmikan Jembatan Teluk Kendari, Jokowi: Infrastruktur Harus Punya Nilai Tambah
Saat ini ada 30 ojek perahu yang setiap hari mengantar penumpang dari Dermaga Lapulu di Kecamatan Poasia, Kendari, menuju Dermaga Sanggula di Kota Lama Kendari.
Sebanyak 15 ojek perahu menunggu penumpang di Dermaga Lapulu. Sisanya di Dermaga Sanggula, Kota Lama.
Transportasi laut yang menggunakan sampan kecil ini sudah beroperasi di Teluk Kendari selama puluhan tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.