Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pontianak Zona Merah Covid-19 karena Warga Abai Protokol Kesehatan

Kompas.com - 03/11/2020, 10:53 WIB
Hendra Cipta,
Dony Aprian

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com – Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), ditetapkan sebagai zona merah akibat tingginya kasus penyebaran virus corona atau Covid-19.

Menanggapi hal itu, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengatakan, peningkatan jumlah kasus diduga terjadi karena dua hal, pertama warga abai menerapkan protokol kesehatan dan kedua adanya peningkatan pengambilan sampel swab.

“Hal itu berdampak meningkatnya temuan kasus Covid-19 di Kota Pontianak,” kata Edi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/11/2020).

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Gubernur Kalbar Minta Pusat Keramaian di Pontianak Tutup Sepekan

Dijelaskannya, adapun tempat-tempat yang memiliki potensi terjadinya kerumunan orang, seperti kawasan waterfront, taman-taman dan lainnya akan dibatasi.

Termasuk pelaksanaan resepsi pernikahan juga bakal dibatasi kembali.

"Kita juga akan melakukan kembali pembatasan aktivitas malam dengan membatasi waktu operasional usaha hingga pukul 21.00 WIB," ungkap Edi.

Baca juga: RS Swasta di Pontianak Diminta Tak Rujuk Pasien yang Baru Terindikasi Covid-19

Diberitakan sebelumnya, Gubernur Kalimantan Barat ( Kalbar) Sutarmidji menyebut, Kota Pontianak telah masuk zona merah penyebaran virus corona atau Covid-19.

Sampai saat ini, sedikitnya 529 orang terinfeksi virus corona di Kota Pontianak.

Sebanyak 337 pasien dinyatakan sembuh dan 16 orang meninggal dunia.

Kemudian ada 137 pasien masih dalam perawatan dan karantina.

Sutarmidji menjelaskan, secara keseluruhan, angka kematian akibat virus ini meningkat empat kali lipat.

“Dari 22 kasus kematian di Kalbar, 16 orang dari Pontianak. Untuk kasus di Kalbar meningkat tiga kali lipat dan angkat kematian meningkat empat kali lipat,” kata Sutarmidji dalam media sosialnya yang terkonfirmasi, Senin (2/11/2020).

Sebelumnya, ada kurang dari 500 orang yang terpapar di Kalbar, kini telah lebih sampai 1.600 kasus.

“Tapi angka kematian yang meningkat itu harus ditangani,” jelas Sutarmidji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com