MADIUN, KOMPAS.com - Sepinya order di masa pandemi Covid-19 membuat desainer grafis bernama Agung Cahyo Wibowo (44), warga Kertosari, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun sempat putus asa.
Apalagi dia harus menafkahi istri dan anak-anaknya.
Agung berpikir keras bagaimana caranya tetap bertahan. Dari masalah itu, Agung melihat peluang pemanfaatan limbah kelapa untuk dijadikan barang yang bernilai ekonomis.
Ia memanfaatkan limbah kelapa yang dibuang di pasar untuk dijadikan pot bunga atau sering disebut cocopot.
Apalagi di tengah pandemi banyak warga yang demam menanam tanaman hias.
“Di tengah impitan pandemi ini, saya melihat banyak serabut kelapa yang hanya menjadi limbah. Kemudian saya coba sobek-sobek dan gulung-gulung kemudian bisa membentuk sesuatu yang indah berupa pot tanaman hias (cocopot),” ujar Agung kepada Kompas.com pekan lalu.
Baca juga: Bermodal Rp 6 Juta, Kini Adil Sukses Buka Usaha Lalapan Beromzet Rp 30 Juta, Ini Rahasianya
Untuk membuat cocopot, kata Agung, sebenarnya tidak memerlukan keahlian khusus. Hanya membutuhkan ketelatenan dan keuletan.
Bahan yang dibutuhkan pun mudah dicari, yaitu serabut kelapa yang bisa didapatkan di pasar-pasar tradisional, serta kawat yang dapat dibeli di toko bangunan.
Awal memulai usaha membuat cocopot, Agung mengeluarkan modal Rp 2 juta. Modal itu dibelanjakan Rp 1,5 untuk membeli satu pikap serabut kelapa dan Rp 500.000 untuk membeli kawat loket strimin.
Dalam satu hari, Agung yang dibantu empat tetangganya mampu membuat hingga 40 cocopot. Satu cocopot dijual mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 35.000.
Agar menarik dan memiliki nilai jual tinggi, pria ini membuat berbagai macam pot bunga dengan bentuk yang bervariasi.