Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Jurnalis yang Banting Setir Buka Warung Kopi karena Pernah Hampir Mati

Kompas.com - 02/11/2020, 08:53 WIB
Tri Purna Jaya,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


LAMPUNG, KOMPAS.com - Khasiat kopi bagi kesehatan menjadi motivasi tersendiri bagi Ismail Komar, seorang jurnalis yang kini banting setir menjadi pemilik warung kopi.

"Beberapa tahun lalu, tubuh saya ini babak belur dihajar penyakit. Melalui kopi inilah, Allah menyelamatkan saya," kata Komar saat ditemui di warung kopi miliknya, Jumat (30/10/2020).

Komar menjadi jurnalis aktif sejak 1990-an hingga akhir 2018.

Dia seorang yang workaholic dengan jam kerja hampir 24 jam setiap hari.

Baca juga: Cerita Jurnalis yang Diduga Tertular Virus Corona Saat Meliput Demo

Mulai dari pukul 07.00 WIB saat rapat redaksi hingga pukul 03.00 WIB dini hari saat koran selesai dicetak.

"Jam kerja yang padat dan pola makan yang berantakan akhirnya menjadi bumerang, saya didiagnosa menderita diabetes pada 2009," kata Komar.

Komar menuturkan, diabetes itu menjadi pintu masuk sejumlah penyakit yang berturut-turut menghajarnya, yakni penyakit pada jantung, paru-paru, dan pneumonia.

"Saya hampir lewat (mati). Bayangkan saja, paru-paru tinggal 1 yang berfungsi, diabetes, jantung. Saya takut kalau sudah ngantuk jam 08.00 malam-an, takut saya lewat," kata dia.

Baca juga: Mendapat Berkah dari Hidroponik Barokah

Istri Komar, seorang dokter yang pernah melakukan riset tentang khasiat kopi, adalah orang yang membuat Komar jatuh hati pada kopi.

"Dia (istri) sebenarnya sudah pernah riset soal kopi ini. Tapi, dia enggak berani menyarankan kepada saya karena pasti saya ngeyel, itu jeleknya penderita diabetes, ngeyel, kepala batu," kata Komar.

Komar awalnya bukan peminum kopi. Dia tidak suka rasa dan tekstur dari kopi.

Sang istri pun tidak secara terang-terangan mengatakan bahwa kopi bisa menjadi terapi.

Komar diajak minum kopi bersama setiap habis makan pagi, siang, dan malam.

Sampai akhirnya, kondisi tubuhnya jauh lebih baik dibanding sebelumnya.

"Kopi ini bukan obat, tapi stimulan bagi tubuh," kata Komar.

Berbekal ilmu jurnalistik yang dia miliki, Komar pun melakukan riset dengan mewawancarai sejumlah pihak dan melakukan studi literatur.

"Saya akhirnya mengetahui kopi yang bermanfaat itu yang enggak pakai gula. Ini saya tahu dari sejarah orang-orang zaman dahulu," kata Komar.

Ilustrasi kopi.Eldoradosupervector/Shutterstock Ilustrasi kopi.

Buka warung kopi dan sebarkan informasi

Dari hasil riset, Komar pun mengetahui bahwa kopi robusta Lampung punya manfaat paling baik untuk ketahanan tubuh.

"Dari cara roasting bisa dipilih, mau rasa atau manfaat," kata Komar.

Baca juga: Kisah Tenun Cual Khas Bangka, Meredup karena Perang Dunia

Komar pun mendalami secara intensif mengenai seluk-beluk kopi dan membuka warung kopi sebagai pusat penyebaran manfaat kopi tersebut.

Komar menamakan kedainya Warung Kopi WAW.

"Ada sembilan step atau langkah untuk mendapatkan manfaat kopi," kata Komar.

Namun, menurut Komar, jika memilih mencari manfaat kopi, rasa (taste) akan berkurang. Begitu juga sebaliknya.

"Pengolahan di Warkop WAW ini semua secara manual, kami mencari manfaat dari kopi," kata Komar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com