Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nelayan Tradisional Sungai Kampar Bertahan Hidup di Tengah Pandemi

Kompas.com - 02/11/2020, 05:00 WIB
Idon Tanjung,
Dony Aprian

Tim Redaksi

Ekonomi semakin sulit

Sejak Covid-19 mewabah, Kadindin mengaku ekonominya semaki sulit. Rupiah begitu susah ia dapatkan.

"Sekarang ekonomi nelayan semakin payah sejak ada corona. Cari ikan pun juga lagi susah," ungkap Kadindin.

Mendapat ikan yang banyak hanya ada dalam khayalan. Sebab, cuaca yang saat ini tak menentu menyulitkan dia mencari ikan.

Penghasilan dari menangkap ikan tak menentu. Tergantung dari ikan yang didapat. Kadang ada, kadang tidak.

Sejak sepekan terakhir, Kadindin bercerita sulitnya mencari ikan. Selain karena cuaca tak menentu, kondisi aliran sungai juga sedang banyak lumut hijau.

"Lumut sekarang banyak, susah menjaring,"  sebutnya.

Kadindin mengaku, dalam sehari kadang hanya dapat uang Rp 30.000 dari penjualan ikan.

"Hari Jumat kemarin saya cuma dapat ikan jenis motan kecil-kecil hasil pancing. Saya  jual dapat uang Rp 30.000 buat beli beras, kopi dan gula," kata dia.

Tak diperhatikan pemerintah

Kadindin tak punya pekerjaan tetap selain nelayan. Hari-harinya habis di Sungai Kampar mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah pandemi Covid-19.

Sudahlah tinggal seorang diri di gubuk milik orang lain, tak pula dapat perhatian dari pemerintah.

Padahal, hasil dari tangkapan ikan sangat tak seberapa ia dapat. Apalagi, sampan kayu yang digunakan setiap hari sudah lapuk.

"Yang namanya cari ikan, ya gitu lah, kadang ada rezeki, kadang tidak. Kalau ikan lagi payah, kadang saya minta kerja buruh sama kawan. Itu pun cuma ada sesekali," tutur Kadindin.

Saat ditanya apakah sudah ada mendapat bantuan selama Covid-19, Kadindin mengaku tak kebagian sedikitpun.

Sebagai rakyat tidak mampu yang ekonominya terdampak akibat Covid-19, mestinya ia mendapat uluran tangan dari Pemerintah Kabupaten Kampar.

"Belum ada dapat bantuan," akui Kadindin.

Beberapa waktu lalu, ia mendengar ada bantuan dana dari pemerintah, yaitu bantuan langsung tunai (BLT). Dana itu buat membantu masyarakat yang terdampak Covid-19.

Namun, Kadindin hanya bisa mendengar cerita dari orang-orang disekitarnya. Bantuan itu tak dapat ia rasakan.

"Waktu itu ada kawan yang tanya, bapak ada dapat BLT. Saya bilang tidak ada," cerita Kadindin.

Kadindin pun hanya bisa pasrah. Dengan wajah yang sedih, ia mengaku tetap bekerja keras mencari ikan di sungai demi sesuap nasi.

"Saya tak menyerah, dan tetap cari ikan. Kalau dapat ikan dijual lalu beli beras. Kalau tak dapat, ya terpaksa puasa," kata Kadindin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com