Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nelayan Tradisional Sungai Kampar Bertahan Hidup di Tengah Pandemi

Kompas.com - 02/11/2020, 05:00 WIB
Idon Tanjung,
Dony Aprian

Tim Redaksi

PEKANBARU, KOMPAS.com - Di sepanjang aliran Sungai Kampar cukup banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan atau disebut nelayan.

Salah satunya adalah Kadindin, warga Desa Kuapan, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Pria 50 tahun ini setiap hari menangkap ikan dengan menggunakan peralatan tradisional.

Kehidupan Kadindin jauh dari kata layak.

Ia hanya tinggal seorang diri di gubuk kecil terbuat dari kayu.

Gubuk itu berada persis di tepi tebing Sungai Kampar.

Baca juga: Kasus Positif Covid-19 Masih Tinggi, Pemkot Pekanbaru Ubah Strategi Penanganan Corona

Kompas.com mengunjungi kediaman Kadindin, Minggu (1/11/2020) sore pukul 17.00 WIB.

Saat itu, ia tidak ada digubuknya. Namun, sampan kayu yang biasa digunakan untuk mencari ikan tak ada ditambatan.

Seperti biasanya, setiap sore dia pergi mencari ikan di sungai.

Dua puluh menit menjelang azan maghrib, cuaca yang cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung.

Angin begitu kencang hingga membuat pohon-pohon kelapa dan durian di sekitar gubuknya bergoyang.

Namun, Kadindin masih belum menampakkan dirinya.

Di tengah tiupan angin kencang yang memecah ketenangan arus sungai, sayup-sayup terlihat seorang pria tak berbaju mendayung sampan dari arah hilir ke hulu di tepi sungai.

Baca juga: 679 Orang Terjaring Tak Pakai Masker, Terbanyak di Posko Pemeriksaan Perbatasan Riau-Sumbar

Sampannya bergerak gontai, karena melawan arah angin.

Arus sungai deras dan menjadi bergelombang.

Kadindin pun akhirnya tiba. Ternyata ia baru pulang dari menjaring ikan dengan menggunakan pukat.

Wajahnya tampak begitu lelah setelah mendayung sampan. Kulitnya hitam terbakar matahari.

Letih tak terkira dirasakan pria yang sudah beruban ini.

Ironisnya lagi, tidak ada satu pun ikan yang didapat.

Setelah menambatkan sampannya di batang kayu yang sudah mati, Kadindin menceburkan dirinya ke sungai.

Azan maghrib pun berkumandang. Kadindin turun lagi ke sungai mengambil wudhu untuk menunaikan shalat.

Usai shalat, pria empat anak ini mengambil jalanya untuk diperbaiki.

Jala yang biasa digunakan untuk mencari ikan ada sejumlah rusak akibat tersangkut pada kayu di dasar sungai.

Tinggal di gubuk

Kadindin tinggal seorang diri di gubuk kecil di tebing Sungai Kampar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com