Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulit Pekerjaan dan Lahan Pertanian Rusak, Pemuda di Sigi Sulap Lahan Bekas Likuefaksi Jadi Taman Wisata

Kompas.com - 01/11/2020, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

Pengelola juga menyediakan sejumlah tenda yang disewa seharga Rp 25.000 per malam untuk pengunjung yang ingin bermalam.

Rencannya, jika punya modal, mereka akan menjual cinderamata yang bisa dijual ke pengungung.

“Tujuannya supaya pemuda yang kesehariannya tidak tahu ke mana, atau yang cuma ngumpul tidak tahu mau bikin apa. Nah adanya tempat ini menjadi wadah untuk pemuda, sudah terkumpul di sini. Jadi saya bilang di sini kamu lebih berguna, di sini bisa dapat uang, mungkin ada modal apa saja bikin di sini, entah jual kaos, cinderamata, gantungan kunci bisa semua di sini,” ujar Kiki Palurante.

Baca juga: Aneka Bencana yang Mengintai Bandara YIA: Tsunami, Likuefaksi, Gempa, hingga Hujan Abu

Lahan pertanian rusak

Kiki bercerita ide mengemas bekas lahan bencana tersebut berangkat dari kegelisahan mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan.

Ia mengatakan saat gempa tahun 2018 lalu, warga desa tak bisa mengolah lahan pertanian yang rusak hingga 70 persen.

Kondisi diperparah dengan pandemi Covid-19 yang semakin menekan perekonomian warga.

“Kita kemarin kena gempa terus masuk lagi corona nah jadi itu yang membuat saya ayo kita bangkit, masak dari gempa terus ini masuk lagi corona kita cuma diam terus, disamping itu kita terkenal dengan pertaniannya sekitar 70 persen tapi semua mati akibat gempa,” ujar Kiki.

Baca juga: Rumah Hancur karena Likuefaksi, Apakah Korban Tetap Membayar Kredit Rumah?

Sementara itu Ademega Valendian (21) bercerita ia berjualan makanan dan minuman di lokasi tersebut. Rata-rata sehari ia mendapatkan pemasukan antara Rp 100.000 hingga Rp 200.000.

“Karena saat gempa kemarin, mata pencaharian hilang, jadi ada tempat ini, jadi bangun tempat jualan di sini. Jadi itu sudah pemasukan yang ada. Kalau di sini lumayan dari sore sampai malam itu saya saya dapat seratus sampai dua ratus ribu,” ungkap Ademega.

Kurniadin Latjedi, Kepala Desa Lolu memuji inisiatif para pemuda desa setempat yang memanfaatkan peluang menciptakan lokasi wisata baru di lahan bekas likuefaksi.

Baca juga: Barang-barang Milik Pengungsi Korban Likuefaksi Palu Dicuri di Tenda Pengungsian

Dia mengakui dampak gempa bumi dua tahun silam menyebabkan 170 hektar areal persawahan di desa itu belum dapat diolah warga yang berprofesi sebagai petani.

Kegiatan pertanian juga terkendala dengan masih rusaknya saluran irigasi.

Selain itu lahan-lahan sawah dan kebun masyarakat umumnya dalam kondisi bergelombang oleh pergerakan tanah yang dipicu gempa bumi berkekuatan 7,4 pada 28 September 2018 silam.

Baca juga: Pemulung Pencari Besi di Lokasi Likuefaksi Petobo Temukan Jasad Manusia

“Tentunya destinasi wisata baru di desa Lolu pasca bencana berdampak positif bagi para pemuda. Selain membuka lapangan pekerjaan, tempat ini bosa menjadi sarana untuk menyalurkan bakat dan minat berkesenian” kata Kurniadin.

Di kabupaten Sigi, masih terdapat sekitar 7 ribu hektar areal persawahan yang belum dapat diolah petani. Saluran irigasi Gumbasa masih dipulihkan secara bertahap dan diperkirakan rampung pada 2022.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com