Filosofi sejumlah adegan film ‘’Suaraku Tak Bisa Dibeli’’
Meski bergenre komedi, video garapan warga perbatasan RI – Malaysia ini sarat akan makna.
Mardiyanto selaku juru kamera menjelaskan, film pendek garapan grup angkringan ini memiliki banyak pesan moral, sesulit apa pun kehidupan, prinsip adalah kehormatan tertinggi yang harus dijaga.
"Mulai dari jawaban Pakde Sur yang hanya menuliskan huruf kapital ‘SUARAKU TAK BISA DIBELI’ itu dia diam tanpa bicara, karena kalau bersuara artinya bisa dibeli. Ketika kita bermimpi ingin memiliki pemimpin bersih kita harus memegang teguh prinsip seperti Pakde Sur," katanya.
Baca juga: KPU Akan Gunakan Sirekap di Pilkada 2020, Apa Gunanya?
Selain itu, pada adegan munculnya Jin yang memberi pesan moral kepada Codot dan Pakde Sur.
"Kita emang genrenya komedi, sarung ketinggalan artinya jinnya tidak pake pakaian, meski lucu tapi pesannya dalam sih. Jin saja mau pemimpin bersih, masa manusia tidak? Salurkan hak suaramu jangan Golput Itu juga jadi salah satu poinnya," jelasnya.
Sementara untuk ending adegan Codot mengembalikan uang, artinya adalah ketika prinsip ataupun demokrasi bersih ternoda, tidak ada kata terlambat untuk sadar,
"Tidak ada manusia sempurna, kadang godaan uang memang berat ditolak apalagi saat pandemic begini, tapi kalau semua berprinsip seperti Pakde Sur, penyakit demokrasi akan hilang dengan sendirinya," sebutnya.
Baca juga: Video Eks Bupati Nunukan Bagi-bagi Uang Viral, Ini Kata Bawaslu
Film garapan komunitas angkringan Nunukan ini bisa dilihat di youtube dengan judul "Suaraku tak bisa dibeli".
Film ini juga diikutkan dalam lomba film pendek pemilihan Gubernur Kaltara yang diadakan oleh KPU Kaltara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.