Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Bisnis Fashion Indonesia Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Kompas.com - 30/10/2020, 08:33 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Digitalisasi menjadi salah satu keharusan untuk mempertahankan roda bisnis di masa pandemi covid-19. Tidak terkecuali untuk merek-merek fashion terkenal di Indonesia.

Seperti yang dilakukan founder brand fashion Unkl347, Dendy Darman. Dia mengakui bahwa pandemi Covid-19 membuat adaptasi digital semakin harus dilakukan.

Dendy bercerita, sejak Unkl347 dirintis pada 1996, bisnis yang diawali kegemaran mendesain ini fokus berjualan pakaian dengan sistem ritel offline.

Sejak 2 tahun terakhir, Unkl347 mulai mencoba memanfaatkan platform digital guna memasarkan produknya.

Benar saja, sejak masa pandemi, cara berjualan dengan pola ini terbilang paling efektif.

"Sekarang semenjak pandemi, sudah lebih besar online, persentasenya. Market sudah berubah karena memang kultur berubah, orang tidak ketemu orang," kata Dendy dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Jumat (30/10/2020).

Baca juga: Ketika Merek Fashion Lokal Bandung Mulai Bangkit di Masa Pandemi...

Meski berjualan produk secara online dinilainya mengurangi keterikatan antara ritel dengan pelanggan, namun hal tersebut justru membuat pasar produknya lebih luas.

Selain itu, Unkl347 lebih leluasa dalam berinovasi menyesuaikan dengan keinginan pasar.

"Sejujurnya kita dapat feedback kebutuhan lapangan. Contohnya, kalau zaman dulu itu sepertinya (inovasi produk) bakal laku, padahal yang sukanya itu ritel, tidak langsung end user. Sekarang itu end user yang beli, jadi kita punya data yang tepat, kayak item ini benar-benar disukai," ungkapnya.

Dia pun menegaskan, jalan kekinian untuk merintis usaha lebih dimudahkan lewat platform digital yang memberikan ruang efisien dan efektif. Pihaknya pun seiring dengan pandemi, terus berupaya mengadaptasi kelebihan dunia digital.

"Hari ini adaptasi cepet sama hal baru ini, ibaratnya jalan cepetnya itu sekarang udah ada, masa gak memanfaatkan. Sekarang gue lagi respons banget sama perubahan karena ini semua efisien dan efektif, karena ini retail tanpa batas, kita bisa ngobrol sama seluruh dunia," tandasnya.

Sukses via online

Brand fashion lainnya yang sangat memanfaatkan dunia digital adalah Coton Ink. Jauh-jauh hari sebelum dunia usaha menjamur memanfaatkan platform digital, Cotton Ink, peritel busana asli Indonesia, memanfaatkan penjualan online sehingga bisnisnya kian besar sejak didirikan pada 2008.

Adalah dua teman sebangku sekolah, Carline Darjanto dan Ria Sarwono yang merintis Cotton Ink sehingga bisa besar seperti sekarang. Alasannya pun sederhana saat bisnis ini dimulai.

"Kita enggak punya uang banyak untuk memulai dari offline dan awalnya cuma berdua. Karena (online) ini lebih murah," kata Ria Sarwono.

Menurutnya, bisnis online dapat menjangkau pelanggan yang jauh. Hal tersebut yang membuat bisnis Cotton Ink terus berjalan.

Seiring cara daring berjalan, toko offline pun sedikit demi sedikit dapat dibuka hingga Cotton Ink mempunyai lima toko luring yang tersebar di sejumlah daerah Indonesia.

Terkait pandemi Covid-19, Cotton Ink pun merasakan pembeli yang datang lebih banyak dari penjualan online meski secara offline, toko tetap menghasilkan untung.

"Kebetulan udah buka toko kelima, udah miriplah (hasil penjualan) online dan offline. Tapi kalau sekarang jauh, karena customer lebih pilih belanja online, karena ada Covid-19," sambung Carline Darjanto.

Berbekal pengalaman berjualan online di masa pandemi Covid-19 tidak menyurutkan Cotton Ink terus berinovasi.

Bagi keduanya, inovasi adalah hal penting saat menjalankan usaha. Selebihnya, lanjut Carline, adalah berani mengambil risiko bahkan untuk yang ingin memulai bisnis.

"Elu enggak akan tahu kalau belum mulai," timpal Ria.

Co-Owner brand fashion Lawless, Gofar Hilman, mengatakan, hal yang paling utama dalam menjalankan bisnis lewat dunia digital adalah membiasakan diri dan komitmen.

Gofar menjelaskan, brand fashion Lawless dimulai pada 2008 dan dia sendiri yang menjalankan usaha tersebut.

Dia mengaku tidak melupakan unsur penting lainnya dalam berbisnis, yakni memanfaatkan komunitas untuk membuat merek Lawless makin tersohor.

"Jadi paling beres di dunia industri yang sangat banyak pesaingnya itu adalah membangun fanbase. Ya, jangan itungan tahun, bulan, atau hari lah, itungan jam aja tren orang bisa berubah. Ketika tren berubah drastis, ada dua pilihan, kita ikutin tren atau ciptain pasar. Itu yang dilakukan Lawless dari awal. Jadi fanbase ini gunanya ketika tren berganti, si orang-orang ini tetap stay dan beli produk kita," katanya.

Gofar pun memandang apa yang hendak dilakukan seorang pengusaha, harus didasari kepentingan branding.

Cara seperti ini dilakoninya di dunia media sosial sehingga meraup pamor seperti sekarang.

Hal ini pun akhirnya berimbas pada dunia usahanya. Baginya, terutama di masa pandemi Covid-19, membiasakan diri dengan platform digital sangat diperlukan.

"Kita doyan main sosmed, bagi UMKM atau temen yang baru mulai usaha, biar enggak kerasa (canggung) bikin konten atau main sosmednya harus demen dulu, kalau sudah ya, biasa saja. Banyak hal yang bisa kita lakukan di sosmed. Sosmed itu kaya etalase dan bebas majangin apa buat ditonton orang," katanya.

Dia meyakini, media sosial dapat menjadi jalan meraup keuntungan berbisnis kala seseorang telah terbiasa dengan hal itu. Baginya juga, membiasakan diri jadi kunci sukses karena hal itu menunjukkan komitmen.

"Cukup seneng dulu (bermedia sosial), latih kesenangan itu. Kesenengan bukan absolut, tapi sangat bisa diciptakan. Percaya ketika senang akan effortless pada sosmed, terus berikutnya adalah pas sudah senang, bikin sesuatu seperti konten yang bisa dilihat orang dan konsisten. Karena menurutku, dari nothing jadi something itu kuncinya konsisten," tandasnya.

Sementara itu, PT Telkomsel mengajak para milenial di Indonesia memulai bisnis dengan memanfaatkan dunia digital di tengah pandemi covid-19 yang hingga saat ini belum diketahui kapan berakhir.

Hal ini menjadi bahan obrolan seru dalam kegiatan website seminar (webinar) Digital Creative Millenials (DCM) 2020 bertajuk 'Pentingnya Transformasi Digital untuk Strategi Bisnis Online'.

Transformasi digital

VP Corporate Communication PT Telkomsel, Deni Abidin menuturkan, semangat acara DCM 2020 salah satunya dilatarbelakangi kondisi ekonomi negeri yang terimbas Covid-19. Dia mengharapkan DCM 2020 dapat menstimulasi para pengusaha muda, khususnya yang baru merintis bisnisnya, agar semakin yakin dan memiliki komitmen meskipun ekonomi dunia tengah diguncang pandemi.

Menurut dia, dunia usaha tidak terkecuali di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), ikut terimbas oleh Covid-19. Pandemi ini memaksa semua sektor bertahan dengan cara beradaptasi. Di lini bisnis, cara beradaptasi di era ini yang dinilai efektif yakni bertransformasi ke ranah digital.

Baca juga: Lelang Karya Eksklusifnya, Barli Asmara: Donasi Bentuk Tanggung Jawab Industri Fashion

Telkomsel pun membuka ruang kolaborasi agar para pengusaha dapat memanfaatkan konsep transformasi digital. Selain lewat sejumlah program Telkomsel, dorongan itu distimulasikan dalam webinar yang mengundang para praktisi dunia usaha digital.

"Harapannya kita punya mimpi yang besar, kita bergandengan tangan, kita sama-sama wujudkan mimpi yang besar ini, karena tidak ada yang impossible kalau kita bersama-sama," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com