Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awalnya Tinggal di Kebun karena Takut Covid-19, Nikolaus Tanam Sayur dan Kini Berpenghasilan Belasan Juta Rupiah

Kompas.com - 28/10/2020, 09:32 WIB
Nansianus Taris,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

Selama ini, ia bekerja sebagai distributor pupuk NPK di Kabupaten Manggarai Timur. Niko pun mengutarakan niatnya untuk menanam sayur dan butuh bibit.

John menyambut baik rencana pamannya. John pun berjanji akan menyiapkan bibit sayur untuk ditanam di lahan milik Niko.

Sambil menunggu ada bibit, Niko bersama sang istri membersihkan lahan yang sebelumnya tidak digarap. Mereka membuat bedeng di tanah seluas 25 kali 50 meter.

Niko menceritakan, beberapa hari kemudian, John membawa benih sawi putih. Setelah menerima benih tersebut, ia lalu menyemainya di bedeng berukuran kecil.

Sambil menunggu menjadi kecambah, ia dan sang istri menggembur tanah dan membuat pupuk organik dari kotoran kambing dan daun hijau.

Baca juga: Cerita ASN Penyintas Covid-19, Jadi Penghuni Ruang Isolasi akibat Lalai Protokol Kesehatan

Dua minggu kemudian, Niko mulai menanam. Awalnya dia menanam seribu lebih bibit sayur sawi putih.

“Dari situ, belum sampai usia 2 bulan, sayur itu habis dibeli masyarkat. Padahal, sayurnya belum bisa dipanen. Masuk bulan ketiga, saya kewalahan. Animo masyarakat membeli sayur langsung di kebunnya semakin besar. Sampai, stok sayur sudah sedikit dari permintaan. kosong. Permintaan sayur dari masyarkat semakin meningkat. Dari waktu ke waktu, semakin banyak masyarkat yang datang langsung membeli sayur di lokasi,” ungkap Niko.

Niko mengatakan, keponakannya membantu mengunggah sayur-sayur itu di media sosial. Masyarkat di desanya tersebut langsung datang ke lokasi membeli sayur.

Terkadang, ia memberi kesempatan kepada pembeli untuk memilih dan mencabut sendiri sayur sesuai keinginan.

”Satu hari penghasilan saya bisa Rp 900.000. Itu hasil dari anak-anak jual pakai motor dari kampung ke kampung dan yang datang beli sendiri di kebun. Dua bulan pertama saya bisa dapat belasan juta rupiah dari sayur ini,” kata Niko.

Saat ini, permintaan sayur dari masyarakat lebih banyak dari stok sayur yang tersedia di kebunnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com