Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Kisah Perempuan Asal Sorong yang Tidak Bisa Bangun Gara-gara Vertigo

Kompas.com - 28/10/2020, 08:00 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Pada awal 2019, Nahariah (51) mengalami pusing yang begitu hebat. Saat membuka mata, pusing langsung menerjang, dia juga tidak mampu berdiri apalagi berjalan.

“Mata enggak bisa terbuka, kalau dibuka langsung pusing minta ampun. Kuping juga berdengung kayak disenso (digergaji),” ujarnya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Sabtu (24/10/2020).

Mengetahui keadaan itu, Nahariah pun langsung memeriksakan diri ke dokter. Meski sebenarnya, dia pernah mengalami hal tersebut dan tahu bahwa penyakit yang diderita adalah vertigo.

Karena takut dirawat, perempuan asal Sorong, Papua Barat ini memutuskan untuk pulang beristirahat. Namun, kondisinya justru semakin memburuk. Kali ini, Nahariah juga mengalami mual dan muntah.

“Enggak tahan lagi, pagi-pagi langsung masuk rumah sakit (rs) saja untuk dirawat,” terangnya, yang saat itu akhirnya mendatangi Unit Gawat Darurat (UGD) RS Angkatan Laut dr. R. Oetojo Sorong.

Baca juga: Andalkan BPJS Kesehatan, Pria Ini Berjuang Sembuh dari Gagal Ginjal

Nahariah menceritakan, di sana dia langsung mendapatkan perawatan, seperti pemeriksaan tensi dan jantung, serta infus. Dari pemeriksaan itu, diketahui penyebab vertigonya adalah tekanan darah tinggi.

“Normalnya 140, saya naik jadi 170 per 100,” ungkap perempuan yang sehari-hari tinggal di Kelurahan Klabulu, Kecamatan Sorong Utara, Sorong, Papua Barat tersebut.

Dalam masa perawatan itu, dia diberi obat lambung untuk meredakan mual dan obat penurun tekanan darah. Namun, tekanan darahnya masih saja tinggi.

Tekanan darah yang tinggi dan tak kunjung turun itu pun memaksanya dirawat kembali. Pada hari ketiga, barulah tekanan darahnya mulai menurun dan akhirnya diperbolehkan pulang setelah pulih.

Nahariah mengaku, tidak ada pengobatan atau kontrol secara berkala, tapi dokter memberinya obat dan memintanya istirahat di rumah.

Baca juga: Tanpa Harus Keluar Rumah, Layanan BPJS Kesehatan Bisa Diakses lewat Pandawa

Karena penyakitnya yang bisa kambuh sewaktu-waktu, dokter meminta Nahariah menjaga tekanan darahnya dengan mengatur pola makan dan gaya hidup.

“Saya kurangi makan yang bergaram, terus mengonsumsi herbal-herbal seperti
timun supaya tekanan darah enggak naik,” tuturnya.

Tak hanya menjaga pola makan, ibu lima anak ini juga menjalani olahraga ringan, seperti jalan pagi hingga berjemur.

Terbantu dengan BPJS

Lebih lanjut, Nahariah mengatakan, pengobatan yang dijalankan semuanya gratis. Ini karena dia menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Kalau yang tidak gratis gitu (tidak pakai BPJS Kesehatan), biayanya mungkin sekitar Rp 3 jutaan,” tuturnya.

Baca juga: Berawal dari Kencing Manis, Ibu Asal Merauke Ini Derita Penyakit Komplikasi

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com