Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Surabaya, Yaidah Pergi ke Jakarta untuk Urus Akta Kematian Sang Anak: Bingung Saya...

Kompas.com - 27/10/2020, 17:57 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Yaidah (51) warga Kota Surabaya memilih berangkat ke Jakarta untuk mengurus akta kematian sang anak yang meninggal pada Juli 2020 lalu.

Ia memilih ke Jakarta karena merasa dipersulit untuk mengurus akta kematian sang anak di Surabaya.

Selain itu salah satu petugas di Dispendukcapil Kota Surabaya mengatakan ada kesalahan nama sang anak sehingga harus menunggu konsultasi dari Kemendagri.

Sedangkan ia harus mengurusi asuransi kematian sang anak dan diberi waktu 60 hari untuk mengurusnya.

Baca juga: Soal Wanita 51 Tahun Dioper-oper Saat Urus Akta Kematian, Pemkot Surabaya: Kami Minta Maaf

Sebulan urus akta kematian di kelurahan

Yaidah warga Lembah Harapan, Lidah Wetan, Surabaya bercerita sang anak meninggal pada Juli 2020 lalu. Ia kemudian mengurus akta kematian anaknya ke kelurahan setempat.

Sebulan berlalu, akta kematian tak kunjung selesai. Padahal ia diberi wkatu 60 hari oleh pihak asuransi.

Pada 21 September 2020 ia mencoba bertanya ke pelayanan Dispendukcapil Surabaya di Gedung Siola.

Baca juga: Cerita Yaidah, Ibu 51 Tahun Dioper-oper dari Surabaya ke Jakarta Urus Akta Kematian Anaknya

Saat itu, ia mengaku dipersulit oleh petugas dan disuruh ke kembali ke kelurahan. Petugas Dispendukcapil beralasan mereka tak melakukan pelayanan selama pandemi Covid-19.

Ia pun sempat marah dan memberi tahu jika berkas kematian anaknya sudah satu bulan di kelurahan.

“Setelah dilihat berkas saya, dia langsung ngomong, 'Bu, sekarang ndak melayani tatap muka, ibu harus kembali ke kelurahan'. Saya marah-marah, ini berkas sudah berminggu-minggu di kelurahan,” ungkap Yaidah dikutip dari Kompas TV, Selasa (27/10/2020).

Baca juga: Kemendagri: Ada 9 Provinsi dengan Capaian Kepemilikan Akta Kelahiran Rendah

Nama sang anak tak bisa diakses

Yaidah (51), seorang ibu asal Lembah Harapan, Lidah Wetan, Surabaya, Jawa Timur, merasakan sulitnya mengurus akta kematian anaknya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surabaya.Tangkapan layar KompasTV Yaidah (51), seorang ibu asal Lembah Harapan, Lidah Wetan, Surabaya, Jawa Timur, merasakan sulitnya mengurus akta kematian anaknya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surabaya.
Yaidah bercerita ia berhasil mendapatkan nomor kematian anaknta setelah dioper-oper oleh petugas Dispendukcapil.

Namun masalah belum selesai. Petugas memberitahu Yaidah jika nama anaknya tak bisa diakses karena nama sang anak memiliki tanda petik.

Petugas Petugas itu menyebut bahwa kesalahan nama tersebut harus menunggu konsul dari Kemendagri.

Saat ditanya berapa lama akan selesai, petugas menjawab jika data yang dikirim bulan Juli saja belum selesai.

Baca juga: Risma Imbau Warga Surabaya Tak Keluar Kota Saat Libur Panjang

"Saya tanya berapa lama. Dia bilang dikirim bulan Juli aja belum jadi apalagi barusan, bingung saya," ujar Yaida

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com