Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Balita yang Kerap Bilang "Maaf", Orangtua Dipenjara, Trauma Dianiaya Paman dan Bibi

Kompas.com - 27/10/2020, 07:17 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com - Tak hanya mengalami luka fisik, seorang bocah berusia empat tahun di Medan merasakan trauma lantaran kerap dianiaya oleh paman dan bibinya.

Balita itu kini kerap mengucapkan kata maaf jika bertemu dengan seseorang.

"Memang dia sedikit fobia. Dikit-dikit minta maaf. 'Minta maaf ya, Om. Minta maaf ya, Om'. Gitulah," kata Kapolsek Sunggal Kompol Yasir Ahmadi.

Baca juga: Dianiaya Paman dan Bibi gara-gara Kencing, Balita 4 Tahun Ini Trauma, Menangis Jika Ketemu Orang Asing

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu kisah ini. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan sang balita agar dapat hidup lebih baik. Klik di sini untuk donasi.

Ayah dan ibu dipenjara

Ilustrasi sel tahanan.THINKSTOCKPHOTOS Ilustrasi sel tahanan.
Balita tersebut mengalami nasib malang.

Ia terpaksa harus berpisah dari ayah dan ibunya. Sebab, mereka berada di penjara karena kasus narkoba.

Bocah lelaki itu pun diasuh oleh paman dan bibinya, yakni JS (27) dan SE (24).

Namun, bukannya merawat, paman dan bibinya justru menganiaya balita tersebut.

Baca juga: Balita 4 Tahun Trauma karena Dianiaya, Selalu Bilang Om, Maaf ya Om

Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga.SHUTTERSTOCK Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga.

Perut mengeras, kelamin membengkak

Yasir mengatakan, akibat penganiayaan tersebut, perut balita itu mengeras dan memerah.

Kemudian, alat kelamin bocah tersebut bengkak.

Hal itu disebabkan paman dan bibi korban kerap memukuli bagian tersebut.

Alasannya, korban kerap buang air di celana.

"Kan bodoh kelakuan itu. Itu yang paling fatal. Ditanya kenapa harus kemaluannya? Katanya karena dia pipis, Pak, biar dia ingat. Waduh bagaimana nanti kalau tak bisa pipis gimana?" kata Yasir menceritakan ketika penyidik bertanya kepada paman dan bibi korban.

Baca juga: Ayah dan Ibu Dipenjara, Tubuh Balita Lebam-lebam, Dianiaya Paman dan Bibinya

Kali pertama diketahui tetangga

IlustrasiShutterstock Ilustrasi
Peristiwa penganiayaan tersebut kali pertama disadari olah para tetangga korban.

Semenjak tinggal dengan paman dan bibinya, balita itu memang jarang keluar dari rumah.

Betapa terkejutnya tetangga ketika melihat balita tersebut keluar rumah dalam kondisi lebam di badan.

"Baru kemarin itu dia keluar, tiba-tiba ke depan halaman tetangganya. Minta minum kehausan. Di situ tetangganya pada melihat kok lebam-lebam gitu," tutur Yasir.

Luka lebam terdapat di bagian tangan, dada, dan wajah balita itu.

Baca juga: Warga Kirimkan Susu untuk Balita Korban Penganiayaan Sadis di Medan

 

Ilustrasi kekerasan pada anakShutterstock.com Ilustrasi kekerasan pada anak
Kehausan dan tak diberi makan

Korban keluar dari rumah lantaran tak kuat menahan haus.

Ia pun menghabiskan minuman yang diberikan oleh tetangga sembari berdiri di depan pintu.

Masih terlihat haus, balita itu juga meminum botol air mineral yang disodorkan kepadanya.

Yasir mengatakan, anak itu juga kerap tak diberi makan.

"Pengakuan si anak, dia kadang-kadang tak dikasih makan. Kemarin waktu diamankan saya tanya, 'Sudah makan? Tadi pagi makan?' Ternyata enggak. 'Siang tadi makan?' Ternyata enggak. Malam baru kita kasih makan," tutur Yasir.

Kini, polisi telah menetapkan paman dan bibi balita tersebut sebagai tersangka.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu kisah ini. Sumbangkan rezeki Anda untuk membantu meringankan sang balita agar dapat hidup lebih baik. Klik di sini untuk donasi.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Medan, Dewantoro | Editor: Abba Gabrilin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com