Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cendera Mata Lapik Koto Dian, dari Kursi Depati hingga Pelaminan

Kompas.com - 26/10/2020, 11:20 WIB
Suwandi,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Bahan baku hingga cara pembuatan

Pengrajin Lapik Koto Dian, Jaaparin Rio (67) yang tinggal di Desa Koto Dian, Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh, menuturkan, lapik terbuat dari pandan berduri (pandanus tectorius).

Tanaman khas Koto Dian ini sekarang mulai sulit ditemukan. Butuh perjalanan berjam-jam untuk mendapatkannya.

Selain itu, harganya pun terbilang mahal.

"Susah dicari pandan berduri neh. Jauh sampai ke Lempur dan Tamiai. Itu berjam-jam dari Sungai Penuh," kata Rio (nama adat yang melekat karena keturunan ninik mamak) saat dihubungi.

Untuk mendapatkan bahan baku harus memesan terlebih dahulu. Harganya berkisar Rp 300.000 hingga Rp 400.000 untuk satu ikat.

Dalam satu ikat ini, menruut Rio, hanya diperoleh sekitar 2 lusin lapik. Itu pun proses pembuatannya lama, memakan waktu 15 sampai 20 hari dan tergantung pada cuaca.

Lapik dalam bahasa lokal adalah lapaek, yang artinya tempat duduk. Sampai sekarang, keluarga Rio mempertahankan lapik sebagai kearifan leluhur secara turun-temurun.

Didampingi istrinya, Azizah selaku penganyam lapik, Rio menjelaskan cara pengolahan pandan berduri hingga menjadi lapik.

Langkah awal adalah membersihkan dan membuang duri pandan. Kemudian, daun pandan dituris atau dipotong kecil-kecil ukuran 1-3 sentimeter sesuai keinginan.

Selanjutnya, potongan daun pandan direbus paling lama 1 jam. Tujuannya untuk menghilangkan getah dan membuat daun berwarna putih.

Setelah direbus, daun pandan dijemur pada terik matahari sampai warnanya benar-benar putih bersih.

Selesai dijemur, daun pandan direbus kembali dan dimasukkan pewarna tekstil.

"Awalnya lapik menggunakan pewarna alami yang berasal dari kunyit dan beberapa tumbuhan lainnya, tetapi bahan alami sulit ditemukan," kata Rio.

Proses pewarnaan selesai, daun pandan lalu kembali dijemur agar warnanya meresap dan maksimal.

Ketika warna sudah sesuai kebutuhan, maka daun pandan diluruskan agar lebih lunak dan mudah untuk dianyam.

Setelah melewati proses terakhir ini, barulah bahan baku anyaman dibuat lapik. Tidak hanya itu, bisa juga dibuat tikar, tas, bantal, dompet dan lainnya.

"Untuk menganyam ini memang domainnya perempuan, istri saya, karena butuh ketelitian dan kehalusan. Saya bisa, tapi kurang bagus," kata Rio.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com