Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Media Sosial: Netizen Beri Nilai Rapor 66 untuk Kinerja Jokowi

Kompas.com - 26/10/2020, 08:21 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Netizen juga mengapresiasi empati Jokowi pada wong cilik saat curhat dengan pedagang.

“Isu lainnya yang menarik perhatian dan direspons sangat antusias netizen adalah tampilnya Jokowi bersama boy group dari Korea, BTS, sama-sama sebagai pembicara dalam Sidang Umum PBB ke-75,” ucap dia.

Catatan dari setahun Jokowi periode kedua, kata Rustika, masalah komunikasi merupakan hal yang sangat penting.

Kegaduhan pada beberapa isu, seperti RUU HIP atau pilkada, seringkali hadir karena adanya informasi yang tidak jernih atau ketidakkonsistenan pendapat di antara figur-figur di lingkar Presiden.

Netizen kemudian merujuk Jokowi untuk menyelesaikan persoalan.

“Inilah hal yang membuat seringkali ada tekanan yang ditujukan netizen pada Jokowi. Seperti pada kasus RUU HIP atau Omnimbus Law seperti saat ini,” papar Rustika.

Figur dan akun anonim

Akun dari tokoh internasional seringkali menyumbang sentimen positif pada Jokowi. Seperti Presiden Amerika Donald Trump, BTS, dan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Di sisi lain, Rustika menyoroti akun-akun anonim, atau akun dengan nama samaran yang berpengaruh dalam percakapan tentang Jokowi.

Dari 10 nama terbesar kontributor percakapan tentang Jokowi dan memiliki pengaruh terbesar dan disukai netizen terdapat dua akun anonim.

Hal inilah yang juga turut memicu munculnya berbagai isu yang meningkatkan tensi percakapan di Twitter karena akun anonim bergerak leluasa untuk menuliskan berbagai hal yang provokatif sekalipun, dan netizen meresponsnya.

Ada pula nama-nama figur yang sering dikaitkan dengan Jokowi. Seperti Gubernur DKI Anies Baswedan, Mahfud MD, Prabowo, Luhut B Pandjaitan, dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

“Media dan media sosial menjadi kanal dua arah yang mengakomodasi suara pemerintahan maupun suara masyarakat akar rumput, hingga suara oposisi,” ucap dia.

Namun dalam perkembangannya, perdebatan masyarakat di media sosial lebih mudah membentuk opini masyarakat terkait citra pemerintahan, khususnya Presiden Jokowi.

Baca juga: Survei KedaiKopi di Jakarta: 62,6 Persen Nyaman dengan Kinerja Jokowi Atasi Pandemi

Selain itu, media sosial juga efektif sebagai kanal propaganda, konsolidasi gagasan, hingga jadi kelompok penekan (pressure group) terhadap pemerintah.

Tak heran, bila media sosial menjadi pendorong aksi-aksi di lapangan, imbauan untuk demonstrasi dan perlawanan.

“Karena itu, manajemen komunikasi menjadi sangat diperlukan. Hal itu setidaknya diperlukan untuk menjernihkan situasi, serta mengurangi disinformasi dan hoaks yang banyak berkeliaran di media sosial, yang pada gilirannya dapat memengaruhi persepsi publik tentang Jokowi,” pungkas Rustika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com