Rosnaeni juga tidak pernah peduli dengan tingkah anaknya.
Bahkan Rosnaeni tidak bisa mengurus dirinya sendiri, sampai-sampai dia pernah tidak mandi selama setahun.
Pantas saja kondisi tempat tinggal mereka berantakan. Pakaian kotor dan bersih ditumpuk jadi satu.
Makanan anaknya pun dibiarkan berceceran di mana-mana.
"Awalnya ada laporan ke kami di DPPPA pada akhir 2019, ada keluarga yang tidak tahu cara mengurus anak, pampers si anak sampai berulat, sehingga kami fokus untuk itu," ujar Faridah.
Dengan kondisi seperti itu, anak-anak mereka mengalami gizi buruk.
Mereka tidak pernah mendapatkan asupan protein.
Ayah mereka, Herman, pun tidak bisa memberikan makanan yang layak karena penghasilan yang pas-pasan.
Sebagai buruh tombak sawit, Herman dibayar Rp 150 ribu per ton. Sebulan dia biasanya dua kali menombak sawit.
Beruntung bosnya menyediakan beras secara rutin untuk keluarga Herman.
Baca juga: Kisah Pilu Jamil, Rumah Terseret Banjir hingga 10 Meter, Hanya Selamatkan 2 Plastik Pakaian