Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Anak Muda Kenalkan Satra Kuno La Galigo: Ceritanya Seperti The Lord of The Rings

Kompas.com - 25/10/2020, 14:33 WIB
Rachmawati

Editor

Cara pengisahannya unik dan layaknya sastra modern, karena memuat kisah balik (flashback) hingga hal yang akan terjadi di masa depan (flash-forward).

Nurhayati mengatakan naskah itu tak ditulis satu orang tunggal, tapi ditulis secara berkelanjutan dari satu generasi ke generasi yang lainnya.

Baca juga: I La Galigo Kisah Asli Indonesia

'Kesetaraan gender hingga demokrasi'

Dikisahkan, Sawérigading, tokoh utama dalam La Galigo, bertemu, bercinta, dan bertunangan dengan putri Senrima Wéro dari kerajaan langit (Boting Langiq).

Namun, pernikahan mereka terhalang perbedaan keinginan di antara keduanya.

Sawérigading ingin membawa tunangannya itu ke dunia manusia, tapi Senrima Wéro berkukuh tinggal di langit.

Perkawinan pun akhirnya batal. Namun, keduanya berjanji untuk tetap berhubungan baik seperti layaknya saudara.

Baca juga: Cerita Ki Tarka, Bertahan di Tengah Pandemi dengan Terjemahkan Naskah Kuno

Cerita ini menunjukkan perempuan bukan sosok inferior dalam budaya Bugis Kuno. Mereka digambarkan memiliki prinsip dan tegas dalam mengambil keputusan.

"Hubungan antara laki-laki dan perempuan berlangsung setara, tanpa ada dominasi antara satu dan lainnya," ujar Nurhayati.

Louie Buana menambahkan tentang cerita kepemimpinan perempuan dalam La Galigo.

"Tokoh adik kembarnya Sawérigading, We Tenri Abeng, itu adalah ratu yang punya sifat-sifat kepempimpinan. Jadi, kepemimpinan itu tidak ekslusif untuk laki-laki.

"Ketika dia dipaksa menikah, dia juga bisa menolak. Untuk ukuran saat itu ini kan tergolong langka ya," kata Louie.

Baca juga: Ribuan Naskah Kuno di Solo yang Berusia Ratusan Tahun Didigitalisasi

Louie menyebut tokoh perempuan lainnya, I We Cudai, sosok yang disebutnya berani dan tak ragu menyatakan ketidaksepahaman.

Sifat ini lah, yang kata Louie, juga "khas orang Makassar".

Selain itu, perempuan juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan, sebagaimana diperlihatkan dalam kisah penciptaan manusia pertama.

Dikisahkan, penguasa langit, Datu Patotoqé melibatkan istrinya dalam diskusi itu, juga dewa-dewa lain yang hidup di laut, salah satu contoh yang menggambarkan demokrasi dan kesetaraan, kata Louie.

Lebih lanjut, Profesor Nurhayati Rahman mengatakan La Galigo tidak menampilkan tokoh budak atau tokoh hamba sahaya yang hina dina, sebagaimana yang sering diceritakan dalam sastra daerah lainnya.

Baca juga: Agar Naskah Kuno Lestari, Paradigma Perpustakaan Harus Bertransformasi

'Transgender dan gender kelima yang suci'

Ilustrasi Datu ri Sengngeng, ibu dari tokoh utama dalam La Galigo, Sawerigading dan saudara kembarnya We Tenriabeng.Lontara Project Ilustrasi Datu ri Sengngeng, ibu dari tokoh utama dalam La Galigo, Sawerigading dan saudara kembarnya We Tenriabeng.
Tak hanya perempuan, La Galigo juga memberi penghormatan sangat tinggi bagi calabai (laki-laki yang berperan seperti perempuan), calalai (perempuan yang berperan seperti laki-laki), juga mereka yang disebut sebagai 'gender kelima', atau tak masuk kategori pria atau perempuan.

'Bissu menganggap dirinya independen, bukan laki-laki atau perempuan, karena kalau dia memihak, dia tidak bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan.'

Bissu, pendeta adat Bugis, termasuk dalam gender kelima ini, yang mendapat penghormatan tinggi di La Galigo.

Baca juga: Digitalisasi Naskah Kuno, Filolog Perlu Terlibat Aktif

"Bissu menganggap dirinya independen, bukan laki-laki atau perempuan, karena kalau dia memihak, dia tidak bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan.

"Mereka [Bissu] itulah yang menerjemahkan ritual-ritual ke dalam kehidupan keseharian warga," kata Nurhayati Rahman.

Ia menambahkan para bissu juga lah masih bisa membaca naskah La Galigo dalam aksara Lotara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com