YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menyatakan ada peningkatan aktivitas kegempaan Gunung Merapi dalam sepekan terakhir.
Sejak 16 Oktober 2020 hingga 22 Oktober 2020 tercatat ada 167 kali gempa hembusan, 63 kali gempa vulkanik dangkal, 433 kali gempa fase banyak, 23 kali gempa frekuensi rendah, 170 kali gempa guguran, dan 16 kali gempa tektonik.
Sedangkan sejak 9 Oktober 2020 hingga 15 Oktober 2020 terjadi 56 kali gempa hembusan, 41 kali gempa vulkanik dangkal, 319 kali gempa fase banyak, lima kali gempa frekuensi rendah, 67 kali gempa guguran, dan 10 kali gempa tektonik.
Baca juga: Belajar Hidup Selaras dengan Alam dari Warga Lereng Gunung Merapi
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, dalam laporan aktivitas Gunung Merapi tanggal 16 Oktober - 22 Oktober 2020, Sabtu (24/10/2020).
BPPTKG Yogyakarta juga memaparkan, berdasarkan pemantauan dengan electronic distance measurement terjadi deformasi Gunung Merapi dengan laju pemendekan jarak sebesar 2 sentimeter per hari.
Sedangkan, dari pengamatan visual dan instrumental disimpulkan, kondisi kubah lava saat ini stabil.
Volume kubah lava diperkirakan masih sama seperti perhitungan sebelumnya pada 26 Juli 2020 yaitu sebesar 200.000 meter kubik.
Baca juga: Cerita Petani Kopi di Lereng Gunung Merapi, Erupsi Jadi Berkah
"Berdasarkan analisis foto drone tidak teramati adanya material magma baru," kata Hanik.
"Aktivitas vulkanik masih cukup tinggi dan ditetapkan dalam tingkat aktivitas waspada," sambungnya.