Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langka, Hujan Es Terjadi di Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT

Kompas.com - 23/10/2020, 18:48 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


KUPANG, KOMPAS.com - Hujan es melanda Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (23/10/2020) siang.

Salah seorang warga Miomafo Barat, Retno Sila, mengatakan, hujan es berlangsung pukul 14.00 Wita.

"Tadi hujan berlangsung sekitar satu jam. Kalau hujan es hanya setengah jam," ungkap Retno, kepada Kompas.com, Jumat petang.

Ukuran es tersebut, lanjut dia, sebesar kelereng. Dia menyebut, hujan es di wilayahnya pernah terjadi, tapi sudah berlangsung lama.

"Informasi dari orangtua di sini, katanya hujan es pernah terjadi 20 tahun lalu," ujar Retno.

Baca juga: Oknum Brimob Jual-Beli Senapan Serbu di Papua, Ditangkap Tim Gabungan TNI-Polisi

Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes, membenarkan kejadian itu.

Raymundus mengatakan, hujan es hanya terjadi di Kecamatan Miomafo Barat saja.

Menurut Raymundus, hujan es memang pernah ada di wilayahnya, tapi sudah berlangsung puluhan tahun lalu.

Khusus di Kabupaten TTU, hanya beberapa wilayah saja yang pernah terjadi hujan es yakni di daerah Miomafo, Insana dan sebagian Biboki.

"Tapi itu sudah terjadi beberapa tahun lalu," ujar dia.

"Sampai saat ini, tidak ada kerusakan rumah akibat hujan es itu," kata Raymundus.

Dihubungi terpisah, Forecaster on Duty Stamet El Tari Kupang Helny Mega Milla, mengatakan, di NTT hujan es hanya terjadi di Kabupaten TTU.

Mega menuturkan, kejadian hujan lebat atau es disertai kilat atau petir, serta angin kencang berdurasi singkat, lebih banyak terjadi saat masa transisi musim atau pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

"Hujan es tersebut disebabkan oleh adanya awan kumulonimbus," kata Mega.

Indikasi terjadinya hujan lebat atau hujan es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat yakni, satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.

Selanjutnya, mulai pukul 10.00 pagi, terlihat tumbuh awan kumulus (awan putih berlapis-lapis).

Baca juga: Dikira Boneka, Ternyata Jasad Orok di Dalam Parit

Di antara awan tersebut, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

Tahap berikutnya, lanjut dia, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam yang dikenal dengan awan kumulonimbus.

"Pepohonan di sekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat, terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri," kata dia.

Mega menyebut, biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com