Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Anaci, Ibu 3 Anak yang Jadi Ojek Daring dengan Penghasilan Rp 10.000 Per Hari

Kompas.com - 22/10/2020, 21:00 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Suara ayam berkokok Selasa (20/10/2020) subuh, membangunkan Anaci Biaf (36) dari tidurnya.

Langkah gontai namun terarah tanda kesadaran belum terkumpul sepenuhnya, Anaci bergegas masuk ke dapur untuk memasak air, nasi serta sayur untuk sarapan pagi buat tiga anaknya.

Urusan dapur dibereskan dengan sekelebat. Pun semua ruangan kamar dibersihkan satu persatu hingga tuntas, menggunakan sapu plastik warna merah marun.

Subuh pun berlalu menjemput pagi. Di sisi timur Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mulai muncul bias cahaya surya. Dengan cekatan, Anaci mendorong sepeda motornya keluar dari rumahnya.

Sepeda motor jenis Honda Beat warna hitam keluaran tahun 2018 itu diparkir di sisi selatan halaman rumah dengan menggunakan standar dua.

Baca juga: Cerita 4 Pekerja di Indramayu, Dikunjungi Menaker Ida Fauziyah, Diberi Bantuan Subsidi Upah Rp 1,2 Juta

Sekali starter kaki, mesin motor matik-nya itu langsung hidup. Setiap pagi, Anaci selalu memanaskan motor sebelum bekerja.

Kebiasaan menggunakan starter kaki, bukan karena elektrik start yang letaknya berada di bawah handle gas rusak. Tapi, dia ingin masa pakai aki motornya lebih awet.

Dia kemudian masuk ke rumah untuk mandi dan makan.

Begitu juga ketiga anaknya, Theresia Erda Angela Sabuna (19), Triana Yuniarti Reniel Sabuna (13) dan Enjika Emilia Sabuna (8), langsung bangun tidur, saat mendengar bunyi mesin sepeda motor.

Masing-masing bersiap diri untuk mulai beraktivitas di pagi itu.

Anaci adalah tukang ojek online (daring) asal Kelurahan Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, NTT.

Sang putri sulung Theresia, bekerja membuat kue di rumah salah satu warga yang akan dipasok ke sejumlah hotel di Kota Kupang.

Sedangkan putri kedua, Triana merupakan siswi SMP dan putri ketiga Enjika masih duduk di bangku SD. Keduanya hanya belajar di rumah akibat pandemi Covid-19.

Bias cahaya mentari semakin terang. Rotasi bumi membuat sumber cahaya seakan terus bergerak naik menembus permukaan rumahnya, Anaci meraih sebuah helm yang diletakan di sudut meja ruang tamu, lalu disematkan di kepalanya.

Tak lupa pula, sebuah masker scuba berwarna hitam dipakai untuk menutup hidung dan mulutnya. Terlihat hanya dua sorot matanya yang tajam.

Mesin sepeda motor yang sudah panas, ditumpanginya. Dia membonceng Theresia menuju tempat kerjanya yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumahnya.

Kondisi jalan raya yang mulus dan lalu lintas yang tidak terlalu padat, mempercepat waktu tempuh perjalanan.

Sekitar 15 menit, Anaci sudah kembali ke rumahnya. Dia harus membantu menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) dua anaknya yang ditugaskan guru mereka.

Matahari belum sepenggalah meninggalkan singgasananya, Anaci sudah bersiap untuk mengojek, usai membantu menyelesaikan tugas sekolah dua putrinya.

Aplikasi daring di ponsel Android warna hitam miliknya dihidupkan. Saatnya untuk mencari pundi-pundi rupiah guna membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

Mengenakan jaket warna biru bergaris hitam bertuliskan AO-Rider dan dipadu celana jeans warna biru dan sandal jepit, Anaci bergerak keluar dari rumahnya menyusuri gang sempit hingga jalan protokol.

Baca juga: Malam Hari Anak-anak Pedalaman Flores Jalan Kaki 3 Km Cari Sinyal demi Kerjakan Tugas

Melaju dengan kecepatan 40 kilometer per jam, Anaci akhirnya sampai di tempat tujuannya di Jalan Bumi 1, Kelurahan Oesapa Selatan, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang.

Di tempat itu, Anaci berbaur bersama sejumlah rekan ojek daring lainnya. Orderan penumpang hari itu sepi. Sejak pagi hingga sore, Anaci baru mendapat Rp 7.000.

Begitu hendak kembali ke rumah, orderan masuk dengan tarif Rp 3.000. Ia pun segera mengantar penumpang, seorang perempuan berusia paruh baya.

Usai mengantar penumpang tersebut, Anaci kembali lagi ke pangkalannya.

"Hari ini hanya dapat Rp 10.000. Sangat sepi. Sejak pandemi corona ini pemasukan saya per hari antara Rp 10.000 dan paling tinggi Rp 20.000," ungkap Anaci kepada Kompas.com.

Bahkan, kata Anaci, pernah dirinya hanya mendapat pemasukan sehari Rp 7.000.

Meski hanya mendapat hasil dari jerih payah mengojek sangat kecil, namun Anaci tetap mensyukurinya.

Anaci mengaku, mulai menggeluti profesi sebagai tukang ojek, setelah sang suami Akonias Sabuna, meninggal dunia September 2017 lalu, akibat komplikasi penyakit.

Saat itu, suaminya yang bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi NTT, hanya meninggalkan warisan sebuah rumah sederhana yang letaknya di tengah permukiman padat penduduk di Jalan Sukun 1, Kelurahan Oepura.

Ia sempat berharap dari uang pensiun suaminya yang diterimanya setiap bulan. Namun, tidak mampu membiayai semua kebutuhan mereka sehari-hari di ibu kota Provinsi NTT itu.

"Uang pensiun janda yang saya terima setiap bulan Rp 1,1 juta. Itu hanya cukup untuk bayar listrik, air dan kebutuhan makan dalam beberapa hari saja," kata dia dengan mimik sedih.

Bahkan, putri pertamanya terpaksa menunda keinginan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, karena ketiadaan biaya.

Usai tamat SMA, putrinya ikut bekerja mencari tambahan penghasilan buat menyokong kehidupan mereka.

Empat bulan setelah suaminya meninggal atau pada 9 Januari 2018, Anaci memberanikan diri untuk kredit sepeda motor Honda Beat di perusahaan pembiayaan PT Adira Finance dengan uang muka Rp 3 juta.

Baca juga: Kisah Bidan Desa Dampingi Siswi SLB yang Diperkosa Orang Tak Dikenal hingga Hamil 5 Bulan

Jangka waktu kredit selama tiga tahun dengan pembayaran cicilan Rp 669.000 setiap bulannya.

Anaci menuturkan, awalnya sepeda motor itu digunakan untuk membantu memperlancar kegiatannya mengikuti sebuah bisnis multi level marketing.

Tapi seiring berjalannya waktu, keuntungan tidak pernah ia peroleh. Justru banyak menghabiskan uang.

Akhirnya pada Desember 2019, Anaci bergabung di sebuah perusahaan transportasi daring lokal AO Rider.

Di perusahaan itu, pendapatan dari ojek lumayan besar sehari bisa mencapai Rp 50.000 hingga Rp 150.000.

Bahkan, untuk menambah pemasukannya, pada malam hari, Anaci juga berjualan kopi dan pisang rebus di Bundaran PU, yang menjadi tempat nongkrong anak-anak muda Kota Kupang.

"Waktu itu, paginya saya ojek, malam saya jualan kopi. Pemasukannya besar. Semalam bersihnya antara Rp 200.000 hingga Rp 300.000. Saya jualan kadang sampai pukul 24.00 Wita," kata dia.

Pembayaran cicilan kredit setiap bulan pun lancar.

Hingga pandemi Covid-19 mulai merebak di seluruh Indonesia termasuk NTT pada Bulan Maret dan April 2020.

Saat itu, usaha ojek tiarap. Termasuk jualan kopi tak berkutik, menyusul sejumlah tempat keramaian di Kota Kupang ditutup.

Anaci hanya hidup mengandalkan sisa tabungan, dari keuntungan usaha yang dirintisnya selama ini dan juga gaji pensiunan janda.

Meski terkena dampak langsung pandemi corona, tapi masih ada sedikit asa buat Anaci dan sejumlah warga lainnya yang sedang terbebani kredit kendaraan bermotor.

Pemerintah Pusat dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan kebijakan relaksasi kredit atau kemudahan pembayaran kredit.

Menurut Anaci, pada April 2020, pihak Adira Finance menghubunginya untuk mengisi formulir untuk relaksasi kredit.

"Saya sangat bersyukur dengan kebijakan relaksasi kredit, karena kebijakan itu, saya tidak bayar cicilan kredit April dan Mei. Termasuk Februari dan Maret, karena saat itu memang saya tidak punya uang," tutur dia.

Selanjutnya pada Juni, Anaci hanya membayar Rp 175.000. Kemudian mulai Juli hingga Oktober, dia mulai membayar cicilan lagi meski kerap tersendat.

Baca juga: Kisah Pedro, Sapi yang Senang Rebahan di Kasur dan Menunggui Memasak, Pemilik: Dia Lucu

Walau tidak ada lagi relaksasi kredit, namun Anaci tetap berusaha sekuat tenaga untuk mencari uang tambahan untuk menutupi kredit sepeda motornya.

"Saya akan tetap bekerja sebagai ojek online sampai kapanpun. Saya punya prinsip, selagi masih kuat, saya kerjakan apa yang bisa menghasilkan uang yang halal. Dari pada saya harus meminta-minta di orang lain," ujar wanita tamatan SMA itu.

Dia pun telah berjanji di hadapan tiga buah hatinya untuk selalu membahagiakan mereka, walau dengan segala keterbatasan.

Kepala Kolektor PT Adira Finance Kupang Jimy, yang ditemui di ruang kerjanya, menyebut, kebijakan perusahaannya hanya memberikan relaksasi kredit selama dua bulan.

"Itu kebijakan dari kantor pusat. Kalau urus pada waktu awal pandemi corona itu, dapat relaksasi dua bulan. Kalau urus sekarang, dapat relaksasinya hanya satu bulan," ujar Jimy.

Untuk program relaksasi, lanjut dia, kantor cabang di Kupang hanya menjalankan keputusan dari kantor pusat.

"Program relaksasi dimulai dari Bulan Maret dan April hingga sekarang masih tetap ada," kata dia.

Secara terpisah, Kepala Kepala OJK NTT, Robert Sianipar, menyebut, hingga saat ini di wilayah NTT, program relaksasi kredit sudah berjalan dengan baik di perbankan maupun perusahaan pembiayaan.

Pihaknya terus mengimbau agar bank dan perusahaan secara proaktif mendata nasabahnya yang terdampak pandemi Covid-19.

"Kami juga terus melakukan berbagai sosialisasi kepada masyarakat yang terdampak corona, agar mengajukan permohonan kepada bank maupun perusahaan pembiayaan kredit," kata Robert.

Untuk ketentuan relaksasi kredit, lanjut Robert, antara bank dan perusahaan pembiayaan pada prinsipnya sama.

Terkait jangka waktu relaksasi antara perbankan dan perusahaan pembiayaan yang berbeda, ia mengatakan, semuanya tergantung analisis masing-masing pihak.

Apalagi, kata dia, profil nasabah masing-masing jelas berbeda-beda.

Baca juga: Kisah TKW Indramayu Meninggal di Malaysia karena TBC, Kabur dari Majikan dan Dirawat Pria Myanmar

Program relaksasi kredit, kata dia, berdasarkan ketentuan yang sudah ada, akan berlangsung hingga 31 Maret 2021 mendatang.

"Tetapi sedang dalam kajian untuk kemungkinan diperpanjang, dengan memperhatikan kondisi masyarakat dan dampak pandemi corona," ujar Robert.

Matahari sudah condong ke arah barat, cahaya berwarna jingga menyoroti wajah Anaci yang terlihat mulai letih di sore itu.

Sepeda motor yang penuh debu dihidupkan. Anaci pulang untuk segera beristirahat dan bertemu tiga putrinya yang telah menantinya.

Membawa rezeki seadanya ke rumah dengan balutan senyum di bibir yang terus mengembang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com