Dia mengibaratkan tubuh yang terkena Covid-19 dengan sebuah kampung yang disatroni maling.
"Ibarat kampung dimasuki lima orang maling. Pada tubuh yang sehat, normal, maka datang polisi imun itu menghadapi maling-maling itu. Tapi, pada tubuh yang bermasalah, dia akan menghancurkan maling itu dengan bom atom. Berlebihan," katanya.
Padahal, sebenarnya virus ini adalah virus yang sederhana yang bisa mati jika terkena sabun, ultraviolet, serta tak mampu hidup di tempat kering dan akan mati dengan sendirinya setelah 14 hari.
Hanya saja, yang perlu ditangani adalah proses dampak "serangan" virus, mulai dari pembekuan darah, penyumbatan darah, hingga lainnya.
"Virusnya 14 hari mati sendiri. Tapi, proses kerusakan itu, penyumbatan sana-sini itu yang berlanjut dan harus ditangani. Makanya, salah satu obatnya adalah pengencer darah," katanya.
Baca juga: 136 Dokter Meninggal akibat Covid-19, IDI: Ini Situasi Krisis dalam Pelayanan Kesehatan
Menurut dia, untuk mencegah penyebaran Covid-19, protokol kesehatan harus dijalankan. Setiap orang harus rajin mencuci tangan, khususnya ketika akan menyentuh bagian wajah, menjaga jarak, dan memakai masker.
"Itu saja, dan kalau demam atau batuk ya istirahat. Soalnya, waktu diisolasi dulu, yang kita makan pun hanya makanan rebusan, ikan, tahu, tempe, daging sesekali, telur selalu ada, jus, dan susu," katanya.
Sementara itu, dr Fauziah yang ditemui usai melayani seorang pasien mengatakan, awalnya dirinya tidak terlalu ngeh bahwa sakit yang dirasakannya pada awal Agustus itu mengarah pada Covid-19.
Saat itu, suaminya yang sempat demam masih tetap bekerja dan rapid test hasilnya nonreaktif.
Baca juga: Ancam Bunuh Dokter dan Polisi di Kolom Komentar Facebook, Seorang Warganet Ditangkap