Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Diyakini Meninggal jika Bersatu, Kembar Trena Treni Terpisah 20 Tahun | Pria Tanam Ganja Pakai Polybag di Rumah

Kompas.com - 21/10/2020, 05:45 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Di Tasikmalaya, Jawa Barat, kembar Trena dan Treni yang terpisah selama 20 tahun akhirnya dipertemukan melalui dunia maya.

Rupanya, orangtua keduanya sempat mendapatkan pesan dari seseorang bahwa anak kembarnya akan meninggal jika disatukan.

Berita lain, seorang pria kedapatan menanam ganja di rumahnya sejak puluhan tahun lalu.

Ganja-ganja tersebut ditempatkan pada polybag.

Berikut lima berita populer nusantara yang menjadi fokus perhatian pembaca Kompas.com:

Baca juga: Nenek Roslina Marahi Aparat Saat Demo: Tak Salah Apa-apa Kena Gas Air Mata, Aku Tuntut Kalian Polisi

1. Diyakini meninggal jika disatukan, kembar Trena Treni terpisah 20 tahun

Kembar Trena Treni terpisah 20 tahun dan dipertemukan lewat TikTok. Kembar Trena Treni terpisah 20 tahun dan dipertemukan lewat TikTok.
Terpisah selama 20 tahun, kembar Trena Mustika (24) dan Treni Fitri Yana (24) kembali dipertemukan melalui aplikasi TikTok.

Mereka rupanya terpisah sejak berusia dua tahun saat terjadi kerusuhan di Maluku.

Trena tinggal bersama orangtua kandungnya di Tasikmalaya. Sedangkan Treni dirawat orang yang mengasuhnya dan dibawa ke Jawa Timur.

Di balik kisah kembar Trena Treni, rupanya orangtua sempat meyakini keduanya bisa meninggal jika disatukan.

Ayah Trena dan Treni, Enceng Dedi (59) mengatakan, dirinya sempat mendapatkan saran dari orang yang dituakan ketika mereka masih tinggal di Maluku.

"Jadi saran dari seseorang yang dianggap tua saat di Maluku, kalau Trena dan Treni disatukan, khawatir akan meninggal," kata Enceng.

"Soalnya, kakak istri saya punya riwayat melahirkan anak kembar dan meninggal. Karena takut, kami pun menitipkan anak kembar saat usia dua bulan," kata dia.

Namun saat kerusuhan Maluku terjadi, orangtua hanya bisa menjemput Trena.

Mereka hilang kontak dengan Treni dan orang yang mengasuhnya.

Sampai akhirnya kedua saudara kembar itu terpisah selama 20 tahun.

"Saat pulang kampung ke Tasikmalaya, justru Treni dan Bu Rini yang kehilangan kontak. Sementara Trena di garut bisa dijemput lagi karena lokasinya dekat dengan Tasikmalaya," kata dia.

Baca juga: Diyakini Meninggal jika Disatukan, Kembar Trena Treni Dititipkan sejak Bayi, Terpisah Selama 20 Tahun

 

Foto-foto Petugas BNNP Jawa Barat dan BNN Tasikmalaya, mengamankan puluhan barang bukti tanaman ganja pakai polybag hasil penggerebekan seorang pria paruh baya di rumahnya Kampung Cisirah, Desa Cibahayu, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (20/10/2020).KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA Foto-foto Petugas BNNP Jawa Barat dan BNN Tasikmalaya, mengamankan puluhan barang bukti tanaman ganja pakai polybag hasil penggerebekan seorang pria paruh baya di rumahnya Kampung Cisirah, Desa Cibahayu, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (20/10/2020).
2. Pria di Tasikmalaya tanam ganja di polybag puluhan tahun

Seorang pria berinisial M (50) digerebek oleh petugas BNN, Selasa (20/10/2020).

Rupanya M kedapatan memiliki 45 batang ganja yang ia tanam di rumahnya di Desa Cibahayu, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya.

Ganja-ganja dengan ukuran bervariasi tersebut ditanam menggunakan polybag.

Kepala BNN Kota Tasikmalaya Tuteng Budiman menjelaskan, penggerebekan dilakukan setelah BNN mendapatkan sampel hasil penyelidikan.

Mereka lebih dulu berpura-pura membeli ganja dari tersangka.

Bukan hanya dijual, ganja tersebut rupanya juga dikonsumsi secara pribadi.

"Tersangka juga mengaku sudah memakai ganja sejak kecil. Tersangka mengaku menanam ganja sudah puluhan tahun lamanya selama ini," kata Tuteng.

Baca juga: Seorang Pria di Tasikmalaya Puluhan Tahun Tanam Ganja Pakai Polybag

3. Aksi borong premium masih terjadi meski sudah ditegur, Pemkab Pamekasan siapkan sanksi

Kendaraan roda 4 di SPBU Jl. Pintu Gerbang Kelurahan Bugih, Kecamatan Kota Pamekasan, antri masuk SPBU untuk memborong BBM jenis premium.KOMPAS.COM/TAUFIQURRAHMAN Kendaraan roda 4 di SPBU Jl. Pintu Gerbang Kelurahan Bugih, Kecamatan Kota Pamekasan, antri masuk SPBU untuk memborong BBM jenis premium.
Antrean kendaraan mengular di sejumlah SPBU di Kabupaten Pamekasan.

Warga memborong bahan bakar minyak (BBM) jenis premium.

Ada pula warga yang memodifikasi tangki mobilnya hingga bisa diisi sampai senilai Rp 2 juta.

"Mereka itu sangat mengganggu karena menyebabkan antrean. Ada yang beli Premium sampai Rp 2 juta," kata warga Desa Kramat, Kecamatan Tlanakan, Abdul Rokib.

Diduga, BBM premium kemudian dipindahkan ke wadah jeriken.

Aksi ini sudah lama diketahui Pemkab Pamekasan.

Namun pelaku usaha SPBU masih saja melakukan aksi tersebut meski sudah ditegur.

"Kita sudah buat surat teguran. Setelah teguran, akan ada sanksi yang akan kami tuangkan dalam surat edaran dari Bupati Pamekasan," kata Kabag Perekonomian Setdakab Pamekasan, Sri Puji Astutik saat dikonfirmasi, Senin (19/10/2020).

Baca juga: Aksi Borong Premium Masih Terjadi meski Sudah Ditegur, Pemkab Pamekasan Siapkan Sanksi

 

Ilustrasi penembakan Ilustrasi penembakan
4. Rombongan TNI ditembak KKB di Pegunungan Bintang, 3 prajurit terluka

Penyerangan kepada aparat kembali dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua.

Kali ini rombongan TNI pembawa logistik diserang di Distrik Seambakom, Kabupaten Pegunungan Bintang, Selasa (20/10/2020).

Akibatnya, tiga prajurit mengalami luka ringan dalam penyerangan itu.

Mereka ialah Praka Hendrik yang mengalami luka tembak di telapak kaki kanan, Prada Heldan terkena ricochet di kaki, dan Prada Gusman terkena serpihan peluru di dada.

"Memang benar kendaraan pengangkut logistik ditembaki KKB saat menuju Oksibil dari Serambakom untuk mengambil logistik," kata Danrem 172 PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan di Jayapura seperti dilansir Antara, Selasa.

TNI sempat membalas serangan, namun KKB itu kabur ke dalam hutan.

Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Kapen Kogabwilhan III) Kolonel Czi IGN Suriastawa menyatakan bahwa penembakan tersebut dilakukan oleh anggota KKB pimpinan Lamek Taplo.

"Penembakan tersebut dilakukan oleh gerombolan KKB dari kelompok Lamek Taplo yang diperkirakan berjumlah 10 orang dengan menggunakan senjata laras panjang," ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa.

Baca juga: Rombongan TNI Ditembak KKB di Pegunungan Bintang, 3 Prajurit Terluka

5. Tujuh daerah di Jateng masih zona merah, Ganjar terjunkan tim pendampingan

Ilustrasi Covid-19Shutterstock/Petovarga Ilustrasi Covid-19
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo akan memberi pendampingan daerah dengan angka kasus Covid-19 yang tinggi.

"Kita siapkan untuk membantu terutama di daerah tertentu yang membuat kasusnya tinggi karena ada campuran klaster penyebaran. Umpama di Pati, Kota Semarang, Kudus dan Jepara akan coba bantu turunkan tim, sehingga nanti kita bisa mendampingi apa yang menjadi kesulitan mereka," kata Ganjar di kantornya, Senin (19/10/2020).

Hingga kini masih ada tujuh daerah dengan status zona merah, yaitu Kota Tegal, Kebumen, Pemalang, Wonosobo, Karanganyar, Kabupaten Semarang dan Kota Pekalongan.

Dia meminta daerah-daerah untuk mengoptimalkan Jogo Tonggo dan Kampung Tangguh.

Puskesmas juga harus mengoptimalkan pendataan masyarakat.

"Kalau kita lihat operasi yustisi sudah, pencegahan sosialisasi sudah, kok masih tinggi ada apa. Ini kita minta tim turun untuk pengecekan lapangan," pungkasnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Irwan Nugraha, Taufiqurrahman, Irsul Panca Aditra, Riska Farasonalia | Editor: Aprilia Ika, Abba Gabrilin, Pythag Kurniati, Dheri Agriesta, Dony Aprian) Tribunnews

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com