Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Pulau Tinggi Nikmati Listrik dari Sampah Rumah Tangga

Kompas.com - 20/10/2020, 14:38 WIB
Heru Dahnur ,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

BANGKA SELATAN, KOMPAS.com - Sampah rumah tangga yang dihasilkan warga Pulau Tinggi, Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, kini tak lagi dibuang ke laut.

Masyarakat setempat mendapatkan dukungan untuk mengelola sampah menjadi energi listrik.

Anggota kelompok swadaya masyarakat Sekar Rukun, Misdi mengatakan, pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) telah dioperasikan sejak sebulan terakhir.

Baca juga: Seorang Pria di Tasikmalaya Puluhan Tahun Tanam Ganja Pakai Polybag

Sebelumnya dilakukan uji coba penggunaan alat dan pembuatan bahan bakar pelet yang berasal dari sampah.

"Alhamdulillah pembangkit sudah bisa dinyalakan dan kini bisa menerangi rumah-rumah warga," ujar Misdi di Pulau Tinggi, Senin (19/10/2020).

Dia menuturkan, sejumlah pemuda yang tergabung dalam Sekar Rukun diberi pelatihan untuk mengoperasikan pembangkit, serta mengumpulkan sampah setiap harinya.

Sampah tersebut kemudian diolah dan disimpan sebagai bahan bakar pembangkit.

"Harapannya lingkungan pulau ini lebih terjaga keasriannya. Kami bekerja sama dengan PLN sebagai bagian efisiensi kalau menggunakan solar," ujar dia.

Baca juga: Bendahara Desa Diduga Korupsi Uang Bantuan Covid-19 untuk Main Forex

Camat Toboali Sumindar mengatakan, selama ini sampah masyarakat tidak pernah tertata dengan baik.

Bahkan, sampah seolah menjadi persoalan yang tak ada habisnya.

"Semenjak pintu masuk pasar, sampai pintu akhir pasar, sampah itu tidak pernah tertata dengan baik. Ternyata semuanya dibuang ke laut. Kalau sampah ini setiap hari dibuang ke laut, maka saya yakin laut kita, masyarakat kita akan kotor sekali," kata Sumindar.

Bersama dengan KSM Sekar Rukun, Sumindar mendorong masyarakat untuk mengumpulkan sampah, kemudian mengolahnya menjadi pelet.

"Di sini sampah kami kumpulkan dari pasar dan rumah tangga. Ada proses pemilahan untuk selanjutnya diolah menjadi pelet sampah, yang mana hasil pelet tersebut diambil oleh PLN untuk dijadikan bahan bakar pembangkit," ujar Sumindar.

Tercatat sebanyak 45 kepala keluarga di Pulau Tinggi bisa menikmati listrik untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Penghematan listrik

Sementera itu, General Manager PLN Babel Abdul Mukhlis mengatakan, pihaknya telah menyiapkan mesin yang dapat mengolah bijih sampah menjadi gas sintetik.

Selanjutnya, masuk ke dalam mesin PLTG gas, sehingga bisa mengeluarkan energi listrik. Dengan ini, PLN berhasil melakukan penghematan.

"Biaya pokok penyediaan tenaga listrik, kalau sebelumnya menggunakan solar rata-rata sekitar Rp4.900,- per 1 kWh, kalau sekarang bisa jadi Rp1.400-an, jauh lebih murah," ucap Abdul.

Pihaknya berharap Pulau Tinggi dapat benar-benar hijau atau asri, dengan disuplai dari sumber energi baru terbarukan.

"Beberapa pulau lagi di Bangka dan Belitung, bagaimana energi hijau dihasilkan sumbernya dari Babel itu sendiri," kata dia.

Pulau Tinggi merupakan potret perkampungan tradisional yang konturnya mirip nasi tumpeng.

Sebuah bukit yang cukup tinggi berada persis di tengah pulau.

Masyarakat membangun pemukiman di lingkaran kaki perbukitan hingga kawasan pesisir.

Pulau ini dapat ditempuh sekitar 10 menit perjalanan laut dari Pelabuhan Sadai, Bangka Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com