Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Punya Beras dan Tinggal Seorang Diri, Nenek Saparia Hanya Minum Susu Sachet untuk Menahan Lapar

Kompas.com - 20/10/2020, 12:53 WIB
Setyo Puji

Editor

KOMPAS.com - Kisah pilu dialami seorang nenek bernama Saparia (84) di Desa Polewali, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Pasalnya, di usianya yang tak lagi muda itu ia dibiarkan tinggal di rumah reyot berdindingkan seng seorang diri.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain menjadi seorang pemulung dan penjual kayu bakar, ia sebenarnya cukup sering mendapat bantuan dari anggota DPRD Bulukumba.

Namun, karena belakangan kaki kanannya mengalami sakit, kini ia tak bisa berkeliling lagi untuk bekerja seperti biasanya.

Baca juga: Tanah Miliknya Dijual Anak Kandung, Nenek Saparia Menumpang dan Bertahan Hidup Jadi Pemulung

Lantaran tidak punya penghasilan itu, Saparia mengaku sudah tiga hari ini berasnya telah habis dan tidak ada yang bisa dimakan.

Untuk menahan lapar yang dideritanya, ia hanya mampu membeli susu sachet.

"Mau gimana lagi kasihan kita ini orang tidak bisa apa-apa kalau sakit begini tidak pergi cari botol. Padahal hanya botol sumber penghasilan. Apalagi saya malu minta beras pada tetangga," kata Saparia saat ditemui Kompas.com, di rumahnya Senin (19/10/2020).

Tanahnya dijual anak

Saparia sebenarnya memiliki tiga orang anak kandung. Mereka adalah Sikking, Suardi, dan Hamina.

Namun karena mereka sudah berumah tangga masing-masing, ia selama ini dibiarkan hidup seorang diri.

Ironisnya lagi, bukannya dibantu tapi tanah satu-satunya yang ia miliki untuk tempat tinggal justru dijual oleh anak sulungnya tanpa meminta izin kepadanya.

"Saat suami meninggal dunia, anak menjual tanah itupun tidak memberitahukan kepada saya. Saat itu saya menangis ketika mendengar dari orang bahwa tanah di tempati tinggal dijual Sikking Rp 20 juta," terangnya.

Baca juga: Kisah Suroto, 10 Tahun Tiduran dan Tak Pernah Bangun, hingga Rambutnya Gimbal Jadi Bantal

 

Karena tanahnya sudah menjadi milik orang lain, terpaksa rumah yang ia tinggali dipindahkan ke lahan kosong milik menantunya. Saat memindahkan rumah itu, ia dibantu oleh warga sekitar.

"Sikking tidak ada tobat-tobatnya. Setelah menjual tanah tidak pernah ke sini membesuk. Untung saja suami Hamina membiarkan saya numpang di lahannya membangun rumah yang saya tempati saat ini," tutur Saparia.

Kepala Desa Polewali Ambo Cinning mengatakan, sudah mengetahui kondisi yang dialami Saparia.

Baca juga: Kisah Kinem, 11 Tahun Menderita Kanker, Disuruh Foto Terima Bantuan tapi Tak Pernah Mendapatkan

Menurutnya, untuk membantu meringankan beban nenek tersebut pihak desa juga sudah berupaya maksimal. Salah satunya dengan cara memprioritaskan jika ada program bantuan pemerintah.

"Memang diutamakan bantuannya kepada Saparia karena memang layak menerima," ungkapnya.

Meski demikian, ia sebenarnya juga menyayangkan sikap dari anaknya tersebut. Pasalnya, dianggap tega melihat orangtuanya yang tinggal seorang diri dengan kondisi serba kekurangan.

"Memang anaknya itu seperti maling kundang, masa tega dengan orangtua sendiri," kata Ambo.

Penulis : Kontributor Bulukumba, Nurwahidah | Editor : Khairina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com