Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ratih, Mantan Guru Honorer yang Buka Layanan Jasa Bersihkan Rumah Sepulang dari Malaysia

Kompas.com - 20/10/2020, 08:30 WIB
Rachmawati

Editor

Strategi Ratih dalam merekrut pegawai yang berpengalaman bekerja sebagai pembersih membuahkan reputasi baik.

Baca juga: Kisah Pilu Jamal dan Lani, Suami Istri yang Tewas Tersengat Jebakan Tikus, Telapak Tangan Mengelupas

Dia mendapatkan tanggapan positif dari pelanggan yang awalnya penasaran dengan tawaran jasa yang baru pertama ada di Lhokseumawe.

Salah seorang pengguna jasa Ratih Clean, Fauzan, mengaku puas dengan hasil kerja para tenaga pembersih.

"Saya coba untuk membersihkan rumah, hasilnya puas. Mereka ada team work-nya saat bekerja. Saya lalu memanggil mereka kedua kalinya untuk membersihkan taman," kata Fauzan.

Fauzan melanjutkan, dalam bekerja mereka mengikuti protokol kesehatan dan tetap menggunakan masker.

Baca juga: Ditemukan Tewas Berpelukan Saat Kebakaran, Ini Kisah Haru 2 Sahabat di Pematangsiantar

Mantan guru honorer

Perempuan kelahiran 1987 ini sejatinya bergelar strata satu Matematika dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.

Dia mengawali kariernya sebagai seorang guru honorer pada 2008, tetapi kemudian memutuskan untuk berhenti pada 2019.

"Saya digaji Rp 350.000 per bulan," katanya.

Pada 2014, nasib malang menimpa Ratih. Suaminya yang menjadi tulang punggung keluarga meninggal dunia.

Sebagai ibu tunggal dengan dua orang anak, pendapatannya dari mengajar semakin tidak mencukupi karena harga kebutuhan pokok semakin meningkat.

Baca juga: Kisah Sebuah Desa yang Larang Warganya Merokok, 2 Sanksi Menanti Jika Melanggar

Akhirnya pada pengujung tahun 2019 dia memutuskan untuk berhenti menjadi seorang pengajar dan merantau ke Malaysia.

"2019 sudah lamar pekerjaan dengan ijazah S1 dan hasilnya nihil, berat kali cari kerja di Lhokseumawe saat itu. Bagaimana caranya saya berangkat ke Malaysia untuk bekerja."

PHK pada masa Covid-19

Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Mobilitas Penduduk Aceh, Iskandar Syukri, mengatakan bahwa berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPJS Ketenagakerjaan pada akhir April lalu, ada 8.642 orang yang tidak aktif lagi membayar iuran, atau dianggap sudah dirumahkan atau di-PHK.

Baca juga: Kisah-kisah Mereka yang Berhasil Bangkit di Tengah Pandemi, Ternak Cacing hingga Jual Ikan Cupang

Sementara data terakhir yang dilaporkan oleh dinas pada September lalu, untuk Banda Aceh terdapat 627 orang yang dirumahkan dan PHK.

"Memang yang pertama paling rentan itu sektor pariwisata, biro jasa, biro tenaga kerja, dan industri menengah yang belum stabil produksinya. Sementara industri besar seperti perusahaan sawit masih bisa bertahan," kata Iskandar Syukri.

Ratih menjelaskan, keinginannya untuk kembali ke Malaysia jika pandemi Covid-19 sudah berlalu.

Baca juga: Kisah Barista Tuli, dari Belajar Kopi hingga Ngobrol dengan Pembeli

"Ada rencana sih ingin kembali ke Malaysia, tapi kalau saya sudah bisa memajukan pemuda-pemuda Aceh, sudah bisa membantu mereka untuk mendapatkan pekerjaan tetap."

"Saya mungkin akan balik ke Malaysia untuk jalan-jalan saja dan bawa anak-anak," tutup Ratih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com