Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Bertahan di Masa Pandemi, 2 Ibu Ini Gendong 18 Kg Ubi untuk Dijual Keliling, Kadang Tak Laku

Kompas.com - 20/10/2020, 06:44 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Aan dan adiknya, Titi, dua ibu asal Limbangan, Garut, bertahan di masa pandemi dengan berjualan keliling ubi cilembu.

Bahkan, keduanya harus berjualan hingga lintas kota/kabupaten. Keduanya berangkat dari Garut pagi-pagi pukul 04.00 WIB dengan naik kereta menuju Kota Bandung hingga Purwakarta. Namun sampai malam hari, ubi yang dijualnya tak laku.

Kendati demikian, semangat mereka untuk mencari rezeki halal tidak surut. Keduanya melanjutkan berjualan keliling dengan jalan kaki di Kota Bandung dan berlanjut ke Purwakarta dengan menaiki angkutan umum.

Baca juga: Bertahan di Masa Pandemi dengan Tanam Palawija, Ishak Raih Omzet Rp 15 Juta

Di Purwakarta, kedua perempuan hebat itu akhirnya bertemu dengan Dedi Mulyadi yang merupakan anggota DPR RI, Sabtu (17/10/2020).

Dedi pun berbincang dengan Aan dan Titi dan perbicangannya direkam video lalu diunggah dalam kanal YouTube "Kang Dedi Mulyadi" pada Minggu (18/10/2020).

Sambil jalan, Titi mengaku membawa 20 kilogram ubi cilembu. Sebanyak 18 kilogram digendong dan sisanya dijinjing dengan menggunakan dua kantong plastik.

Sementara kakaknya, Aan, membawa 18 kilogram ubi dan sebagian digendong. Keduanya menjajakan ubi tersebut dengan berkeliling kota.

"Kami berangkat pukul 4 pagi. Tapi hingga malam ini belum laku juga," kata Titi diamini kakaknya, Aan.

Titi mengatakan, ubi tersebut merupakan milik orang lain. Ia hanya membantu menjualnya dengan laba Rp 5.000 per 1 kilogram. Sementara ia menjual ubi tersebut ke konsumen Rp 25.000 per kilogram.

"Terkadang ada pembeli yang baik, membeli ubi dengan diberi uang tambahan," kata Titi kepada Dedi.

Titi mengaku terpaksa berjualan keliling ubi cilembu demi membantu keuangan keluarga. Suaminya berprofesi sebagai buruh tani sehingga pendapatannyat tidak menentu.

Apalagi, saat masa pandemi ini, suaminya jarang mendapat pekerjaan. Ditambah ia memiliki utang bekas ongkos anaknya yang pulang dari Bukittinggi karena upah menggali tanah tak dibayar mandor.

"Mandornya kabur," kata Titi.

Akhirnya Dedi memborong semua dagangan Titi dan Aan. Dedi juga memberikan sumbangan kepada mereka agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

Video yang diunggah di YouTube itu hingga Selasa (20/10/2020) pukul 06.13 WIB sudah ditonton 71.000 kali dan 5.800 like serta 1.000 komentar.

Baca juga: Ini Perubahan yang Dilakukan Seniman di Masa Pandemi

Dikonfirmasi via telepon pada Selasa (20/10/2020), Dedi mengatakan kedua ibu itu berjualan karena di masa pandemi ini, suaminya sulit mendapat pekerjaan sebagai buruh tani. Kedua perempuan itu berangkat pagi dan pulang dini hari pada hari berikutnya.

"Ibu itu suka jualan lintas kabupaten. Mereka berjualan ubi cilembu dengan digendong naik kereta. Ngejar tiket murah dan pulang dini hari. Saat menunggu kereta malam-malam mereka akhirnya bertemu saya," kata Dedi.

"Mungkin di era pandemi ini, para suaminya sulit mendapat pekerjaan sehingga mereka berjualan keliling," lanjut Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com