Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Semen Rp 1,5 Juta dan Gula Rp 40.000, Ini Cerita Warga Perbatasan Indonesia-Malaysia Saat Pandemi

Kompas.com - 18/10/2020, 13:38 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Pandemi Covid-19 berdampak hingga ke pelosok Indonesia, salah satunya di wiayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.

Warga Dataran Tinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, kini kesulitan mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari.

Mereka selama ini mendapatkan barang-barang dari Malaysia karena jaraknya lebih dekat dari Krayan.

Namun karena Malaysia menerapkan lockdown, kondisi pun berubah.

Akibatnya, harga barang-barang di Krayan melonjak drastis, seperti gula yang biasanya dijual Rp 13.000 kini menjadi Rp 40.000 per kilogram.

Kemudian, satu sak semen yang biasanya dibeli seharga Rp 300.000 menjadi Rp 1,5 juta.

"Demikian juga dengan kebutuhan pokok lain, rata-rata naik beberapa kali lipat," kata Sekretaris Jenderal Lembaga Adat Dayak Lundayeh, Gat Khaleb, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (17/10/2020).

Baca juga: Jerit Warga Perbatasan, Hidup Makin Sulit Sejak Malaysia Lockdown

Transportasi sulit

Jalanan Krayan Tengah menuju ibu kota Long Bawan  saat musim penghujan, mobil double gardan sekalipun kadang tertanam dan menunggu mobilnlain untuk.mendorong atau menarik keluar kubangan, dari Krayan Tengah menuju Long Bawan butuh biaya Rp.6 juta sekali jalan (daniel)Kompas.com/Ahmad Dzulviqor Jalanan Krayan Tengah menuju ibu kota Long Bawan saat musim penghujan, mobil double gardan sekalipun kadang tertanam dan menunggu mobilnlain untuk.mendorong atau menarik keluar kubangan, dari Krayan Tengah menuju Long Bawan butuh biaya Rp.6 juta sekali jalan (daniel)
Mahalnya harga barang tidak terlepas dari sulitnya transportasi menuju Krayan.

Akses menuju Dataran Tinggi Krayan lebih mudah menggunakan pesawat daripada jalur darat.

Apalagi di saat hujan, medan jalur darat akan lebih sulit dan membutuhkan biaya lebih mahal.

"Musim sekarang (hujan) tidak jalan mobil kalau tidak bayar Rp 6 juta, pulang pergi Rp 12 juta. Itu untuk daerah antar-Krayan, dari Krayan Tengah ke Long Bawan Krayan Induk," sebut Gat.

Untuk menuju desa terdekat, seperti Desa Bungayan dan Desa Wa Yagung, dibutuhkan waktu sampai delapan jam dan menempuh jalur hutan belantara.

"Tolong perhatikan dua desa itu, sampai hari ini mereka belum menikmati apa yang sudah bisa dinikmati saudara mereka di wilayah Krayan lain. Keduanya belum terkoneksi dengan kecamatan dan belum ada akses jalan," pinta Gat.

Baca juga: Jalan Kaki dari Malaysia dan Hilang 8 Hari di Hutan, Syamsuddin Hanya Makan Garam dan Vetsin

 

Ilustrasi hutan Kalimantan di negara bagian Sabah, Malaysia.K. Yoganand Ilustrasi hutan Kalimantan di negara bagian Sabah, Malaysia.
Manfaatkan alam

Karena kondisi yang sulit, warga kini mengoptimalkan hasil alam di wilayah mereka.

"Kami ini orang desa, sesulit apa pun masih bisa survive. Tak akan kekurangan kalau urusan makan, sawah kami masih luas. Kebun kami masih menghasilkan tanaman dan umbi-umbian. Jadi dari sisi kebutuhan hidup, alam menyediakan untuk kami. Keadaan sulit sudah biasa kami jalani," jelas Gat.

"Kami sudah terisolasi dari dulu, sudah biasa hidup susah. Kami survive sudah turun temurun. Persawahan kami menunjang pangan, sungai menyediakan protein dengan banyaknya ikan. Alam Krayan subur," sambungnya.

Untuk memasak, warga juga beralih dari gas menjadi kayu bakar.

"Kan semua dari Malaysia, mereka tutup ya pakai kayu semua sekarang. Pesawat tidak mengangkut gas, bahkan seandainya mengangkut LPG, harganya bisa Rp 700.000 untuk yang tabung 12 kilogram, mana lah masyarakat mau," jelas Gat.

Baca juga: Kisah Syamsuddin Hilang 8 Hari di Hutan Perbatasan Malaysia, Dihantui Suara Hewan Buas, Ditemukan Lemas

Bebas kasus Covid-19

Ilustrasi corona virus (Covid-19)shutterstock Ilustrasi corona virus (Covid-19)
Namun ada hal positif yang membuat warga Krayan lebih beruntung daripada masyarakat perkotaan.

Hingga saat ini tidak ada warga yang terpapar Covid-19 karena daerah yang terisolasi.

Memang sempat ada warga yang terindikasi terpapar, namun telah sembuh.

"Sempat ada masyarakat Krayan terindikasi Covid-19, tapi cepat sembuh. Mungkin karena warga Krayan terbiasa hidup di hutan, bertani dan berladang, sehingga imun mereka bisa melawan corona. Puji Tuhan tidak ada kasus corona di Krayan saat ini," papar Gat.

Sementara, juru bicara Satgas Percepatan Penangan Covid-19 Kabupaten Nunukan Aris Suyono juga membenarkan pernyataan Gat.

"Tidak ada suspect atau kasus terkonfirmasi di wilayah Krayan saat ini," ujar Aris.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Nunukan, Ahmad Zulfiqor | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com