Dalam penyelenggaraannya dibuat dengan dana seminimal mungkin, tidak menggunakan listrik tambahan, semuanya memanfaatkan fasilitas umum yang ada di pedestrian jalan Suroto, Yogyakarta.
“Acara ini adalah pekan budaya bergerak dengan tema semua adalah warga, sehingga yang ditampilkan adalah keresahan-keresahan warga misalnya ada sayuran yang ditempel di tembok itu maksudnya warga kesulitan mencari bahan pangan sehingga banyak mereka yang berinisiatif menanam sendiri,” jelasnya.
“Tetapi justru para petani mendapatkan represifitas dari negara, dan ada dorongan mengimpor bahan-bahan pokok,” imbuhnya.
Dalam acara ini pengunjung dapat ikut secara aktif dengan melukis di jalan bersama mereka atau meminta seniman melukiskan pengunjung.
Pedestrian Suroto dipilih lantaran lokasi ini berada dekat pusat kota Yogyakarta, sehingga banyak warga yang lalu lalang melewati jalan suroto baik itu mengenakan sepeda motor maupun menggunakan mobil pribadi.
“Acara ini singkat hanya tiga jam, karena biaya minim,” katanya.
Sedangkan koordinator lainnya Lusi, menyampaikan untuk rangkaian kegiatan secara keseluruhan yaitu pekan budaya bergerak dilakukan selama tiga hari dengan berbagai macam kegiatan.
“Setiap harinya memiliki tema yang berbeda, lokasi pertama di Kridosono, kedua adalah panggung seni yaitu di Sewon Bantul, hari Minggu bersepeda bersama,” katanya.
Pada hari Minggu dalam kegiatan bersepeda akan dimeriahkan oleh berbagai komunitas sepeda di Yogyakarta, seperti komunitas sepeda ingg, komunitas sepeda BMX dan komunitas lainnya.
“Mereka memiliki keresahan yang sama sebagai warga Yogyakarta yang akan disampaikan dalam pekan budaya bergerak,” katanya.
Siapa pun dapat ikut serta dalam kegiatan pekan budaya bergerak karena seluruhnya adalah warga Yogyakarta. “semua boleh ikut karena semua adalah warga Yogyakarta, untuk menunjukkan rasa kita,” katanya.
Ia menjelaskan unjuk rasa tidak hanya melalui cara konvensional saja seperti yang terjadi di beberapa waktu lalu, tetapi unjuk rasa dapat menggunakan media-media seni.
“Cara-cara menunjukkan rasa yang berbeda ini yang sedang kami lakukan,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.