Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Lahan Gambut di Tapin Kalsel Sudah Terdegradasi, Jadi Target Restorasi BRG

Kompas.com - 17/10/2020, 09:00 WIB
Andi Muhammad Haswar,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

RANTAU, KOMPAS.com - Badan Restorasi Gambut (BRG) Pusat memantau kondisi lahan gambut di Desa Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Jumat (16/10/2020).

Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan BRG, Haris Gunawan mengatakan, kondisi lahan gambut tersebut sudah terdegradasi akibat kebakaran lahan hebat pada tahun 2015 lalu.

"Ada banyak faktor terdegradasinya lahan gambut, salah satunya adalah kebakaran lahan yang membuat perubahan ketebalan lahan yang semakin menipis," ujar Haris Gunawan kepada wartawan, Jumat.

Baca juga: Pertanian Tanpa Membakar di Lahan Gambut ala Desa Ganesha Mukti

Selain kebakaran lahan, ekspansi perkebunan kelapa sawit juga diduga menjadi salah satu faktor terdegradasinya lahan gambut di Desa Tatakan.

Tak jauh dari lokasi pemantauan, Haris menemukan dan melihat langsung luasan lahan gambut yang telah beralih fungsi menjadi perkebunan sawit.

Jika kedua faktor ini tidak segera diatasi, maka, Haris yakin kondisi lahan gambut di Desa Tatakan akan semakin terdegradasi.

"Kita tidak bisa mengesampingkan ekonomi warga. Tetapi yang belum ditanam sawit, kita minta warga jangan lagi ditanami sawit supaya kita bisa mengelola tata airnya," pintanya.

Baca juga: Jaga Ketahanan Pangan, BRG Gelar Pelatihan Pertanian Lahan Gambut di Merauke

Terdegradasi, perlu restorasi

Haris juga menjelaskan ciri lahan gambut yang terdegradasi, selain air di sekat kanal yang semakin bening, permukaan lahan gambut tidak lagi ditumbuhi pepohonan.

Ciri yang diuraikan itu sama persis dengan kondisi lahan gambut yang ada di Desa Tatakan.

Jika sudah begitu, maka kata Haris, lahan gambut akan terus menipis setiap tahunnya.

"Kalau lahan gambut yang masih bagus, air disekat kanal warnanya kecoklatan. Tapi jika kondisi kaya gini, secara teoritis rata-rata dia ngempes 10 hingga 14 sentimeter. Makanya sekat-sekatnya itu harus lebih rapat dan detail," ungkapnya.

Baca juga: BKSDA Kalbar dan IARI Translokasi Orangutan ke Hutan Rawa Gambut Ketapang

 

Melihat kondisi lahan gambut di Desa Tatakan yang sudah terdegradasi, BRG ujar Haris akan terus melakukan restorasi dengan melibatkan masyarakat sekitar.

Lahan gambut di Desa Tatakan masih bisa diselamatkan selama masyarakat mau memanfaatkan dan mengelolanya dengan baik.

"Makanya tata airnya betul-betul harus disiplin. Kalau dari aturannya jangan sampai dibawah 0,4. Kita bisa tekan agar tidak menipis. Kalau perlu kita hentikan," tegasnya.

Baca juga: Wujudkan Pertanian Alami, Badan Restorasi Gambut Dukung SLPG

Perda ekosistem gambut untuk dukung restorasi

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana mengungkap terdapat 56 ribu hektar lahan gambut yang menjadi target restorasi DLH Kalsel bersama BRG.

"Kalau luasan secara keseluruhan di Kalsel ada 56.000 hektar yang akan direstorasi, itu lahan kritis makanya dapat program dari BRG," ungkapnya.

Untuk mendukung program restorasi tersebut, Pemprov Kalsel ujar Hanifah akan menggagas Peraturan Daerah (Perda) ekosistem gambut.

"Sebagai informasi, kami saat ini menggagas Perda ekosistem gambut. Ini mungkin jadi salah satu objek salah satu fokus bagaimana kami melakukan program restorasi," jelasnya.

Jika program restorasi lahan gambut nantinya dinyatakan berhasil, maka Restorasi lahan gambut di Desa Tatakan menjadi selanjutnya akan menjadi percontohan secara nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com