Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sarjana Elektro Berbisnis Tas Anyaman, Pilih Keluar dari Pekerjaan, Raup Belasan Juta Rupiah Per Bulan

Kompas.com - 16/10/2020, 14:48 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Tak sia-sia Azhar Budiarso (42), sang sarjana elektro memutuskan keluar dari pekerjaannya di sebuah perusahaan telekomunikasi.

Berfokus pada bisnis tas anyaman, kini produk warga Madiun itu telah diekspor dan menjelajah berbagai negara seperti Belanda, Jepang, Korea hingga Amerika.

Bahkan, tas yang ia hasilkan sering digunakan oleh para pejabat, salah satunya Wakil Wali Kota Madiun Inda Raya.

Bagaimana perjalanan usaha pria yang akrab disapa Budi tersebut?

Baca juga: Cerita Rian Raup Jutaan Rupiah dari Ternak Cacing, Berawal Pekerjaan Terdampak Pandemi

Keluar dari perusahaan tujuh tahun lalu

Ilustrasi resign.SHUTTERSTOCK Ilustrasi resign.
Awalnya sarjana elektro lulusan Universitas Negeri Malang itu bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi.

Saat menjadi seorang karyawan, Budi kerap iseng mempromosikan tas anyaman dari plastik di blognya.

Ketika itu, banyak rekan kerja dan kolega yang tertarik dengan tas tersebut.

Sebab, di tangan Budi tas-tas yang awalnya hanya digunakan sebagai keranjang di pasar disulap menjadi tas fashion berwarna-warni.

Melihat peluang besar itu, Budi bertekad bulat keluar dari perusahaannya pada tahun 2013 untuk fokus pada bisnis tas.

Baca juga: Kisah Azhar Tinggalkan Perusahaan Telekomunikasi demi Jualan Tas Keranjang Pasar, Omzetnya Menggiurkan

 

Ilustrasi UMKMshutterstock.com Ilustrasi UMKM
Berdayakan ratusan IRT

Bersama istrinya yang bernama Nurul, Budi membangun bisis tas anyaman.

Di masa pandemi, Budi bisa memberdayakan sekitar 200 ibu rumah tangga di sekitar wilayahnya.

Mereka membuat tas anyaman dari rumah masing-masing dan mendapatkan upah untuk membantu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Kami memberdayakan lingkungan. Kami potong bahan, kemudian orang bawa pulang. Dengan demikian ibu-ibu sambil ngurus keluarga punya sambilan dan pemasukan,” kata Budi.

“Di era pandemi, banyak ibu rumah tangga di desa tertolong dengan membuat tas anyaman plastik. Meski di rumah mereka tetap mendapatkan penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan makan dan minum,” lanjut dia.

Baca juga: Cerita Bripka Heidi Sukses Jadi Peternak Lele, Terinspirasi Tekuni Bisnis Setelah Tilang Seorang Pengendara

Diekspor hingga dipakai pejabat

Ilustrasi ekspor dan impor.SHUTTERSTOCK Ilustrasi ekspor dan impor.
Budi terus berinovasi agar tas produksinya menarik hati pembeli.

Ia rutin mencari berbagai referensi dari majalah maupun internet sehingga menghasilkan motif yang unik.

Budi juga kerap mengangkat gaya-gaya etnik daerah tertentu.

Popularitas tas anyaman semakin membumbung setelah salah satu brand ternama mengeluarkan model anyaman.

“Tas anyaman plastik mulai trending setelah tas merk Hermes mengeluarkan model tas anyaman plastik. Kemudian model tas seperti itu banyak diburu warga mulai dari Makassar hingga Bali,” kata Budi.

Produk tas anyaman Budi bahkan telah digunakan sejumlah pejabat, salah satunya Wakil Wali Kota Madiun Inda Raya.

Tas yang dihargai Rp 4.000 hingga Rp 100.000 itu juga telah menjajaki pasar luar negeri.

“Untuk ekspor sudah sampai ke Jepang, Korea, Eropa, Amerika, Belanda, dan Malaysia. Ke Belanda kami pernah mengirim 18.000 tas anyaman plastik,” kata Budi.

Selama bisnisnya, Budi mencatat tak kurang 1.000 tas laku terjual dalam satu bulan.

Ia mengaku omzet penjualan tasnya mencapai belasan juta per bulan, jauh bila dibandingkan gajinya saat menjadi seorang karyawan.

Sumber: Kompas.com Penulis : Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor : David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com