Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Rian Raup Jutaan Rupiah dari Ternak Cacing, Berawal Pekerjaan Terdampak Pandemi

Kompas.com - 15/10/2020, 16:23 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Siapa sangka kondisi pandemi Covid-19 justru menuntun Varian Arsyagam Isbandi (27) menjadi wirausahawan sukses.

Warga Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun itu menekuni bisnis ternak cacing setelah berhenti menjadi sopir rental karena pandemi.

Ternyata beternak cacing dianggapnya tak terlalu sulit namun menguntungkan.

Dari bisnis yang ia jalankan, Rian bisa memeroleh omzet hingga Rp 6 juta per bulan.

Baca juga: Mitos atau Fakta: Kapsul Cacing Bisa Sembuhkan Penyakit Tipes

Berhenti dari sopir

ilustrasi sopiriStockphoto/forrest9 ilustrasi sopir
Rian, sapaan akrab Varian, berhenti dari pekerjaan menyopir sejak tujuh bulan lalu lantaran sepi pelanggan, dampak pandemi Covid-19.

Bapak dua anak ini mencari cara untuk tetap bisa menghidupi keluarga.

Setelah menemui kakaknya yang tinggal di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dia dikenalkan warga setempat yang membudidayakan cacing tanah (Lumbricus rubellus).

Karena tidak memungkinan mencari pekerjaan di perusahaan, dia memutuskan mencoba beternak cacing.

Baca juga: Berhenti Jadi Sopir karena Pandemi, Kini Rian Sukses Beternak Cacing dengan Omzet Jutaan Rupiah

 

Ilustrasi menabungSHUTTERSTOCK/LOVEYDAY12 Ilustrasi menabung
Modal dari tabungan dan utang

Rian memulai bisnis pada Juli 2020 dengan modal Rp 35 juta dari tabungannya dan utang.

“Modal saya dari uang tabungan dan pinjaman sekitar Rp 35 juta,” kata Rian saat ditemui di kediamannya, Selasa (13/10/2020).

Uang tersebut digunakan untuk membuat kolam cacing di belakang rumah, membeli bibit dua kuintal dan membuat oven cacing.

Selama dua bulan, Rian merawat cacing dengan cara menyirami dengan air dan memberi ampas tahu.

Menurutnya, perawatannya cukup mudah karena cacing juga tidak mudah sakit serta bisa kawin dan bertelur sendiri.

Baca juga: Pakar IPB: Prospek Cerah Bisnis Cacing Tanah untuk Bahan Baku Obat

Potensi bisnis

Ilustrasi cacingshutterstock Ilustrasi cacing
Setelah dua bulan itu, Rian bisa memanen setiap dua pekan sekali.

Sekali panen bisa menghasilkan 36 kilogram cacing basah.

Sebelum dijual, cacing dikeringkan terlebih dahulu menggunakan oven khusus.

“Untuk dijual di pasaran cacing yang dijual harus kering. Kalau panen 36 cacing basah maka bila dikeringkan menjadi enam kilogram,” ujar Rian.

Cacing lumbricus kering dijual dengan harga Rp 500.000 per kilogram.

Artinya, jika sebulan dia panen 72 kilogram cacing basah atau 12 kilogram kering, maka bisa meraup omzet Rp 6.000.000.

Baca juga: Mengapa Cacing Keluar dari Tanah Apabila Ada Suara Getaran? Ini Penjelasannya...

 

Ilustrasi cacing tanahshutterstock Ilustrasi cacing tanah
Siap pasarkan hasil budidaya peternak lain

Rian mengajak masyarakat lain ikut membudidayakan cacing sepertinya.

Dia mengungkap bahwa hanya butuh modal Rp 10 juta untuk bisa memulai bisnis cacing.

Sementara Rian menggunakan modal Rp 35 juta karena juga membeli oven panggang khusus cacing.

Hasil yang dia peroleh pun standar kualitas farmasi.

Bagi peternak yang khawatir tidak bisa menjual hasil panen, Rian mengaku siap membantu menyalurkan ke perusahaan-perusahaan.

Selama ini Rian banyak memasok perusahaan jamu, karena cacing dianggap sebagai obat.

“Biasanya warga membeli untuk mengobati sakit maag , tipus, hingga melancarkan peredaran darah,” kata Rian.

Menurutnya, kebutuhan pabrik jamu herbal terhadap cacing kering masih sangat besar.

Dari kebutuhan tujuh ton cacing kering, saat ini baru terpenuhi dua ton.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor: David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com