Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Sebut Video Geng Motor di Jambi Hoaks, Warga Bersaksi Itu Benar

Kompas.com - 15/10/2020, 14:22 WIB
Jaka Hendra Baittri,
Farid Assifa

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Beberapa waktu belakangan beredar video tawuran antar-remaja dan tersebar informasi tentang geng motor bersenjata tajam.

Kepolisian Kota Jambi mengatakan beberapa video tersebut adalah video lama dan penyebarnya ditangkap.

Meskipun begitu, warga tetap masih khawatir. 

Rajak, pemilik rumah makan Alif Group di kawasan Simpang Rimbo, mengaku melihat persis bagaimana anggota geng motor di Jambi bertindak beringas.

Kejadian itu, kata Rajak, persis sebagaimana yang tertangkap kamera CCTV dan videonya beredar luas.

Menurutnya, sekelompok remaja dengan membawa kayu besar berhadapan dengan pemuda bersenjata pedang.

"Bisa dilihat tanggalnya di video itu tanggal 7 bulan 9 tahun 2020," katanya saat ditemui di kediamannya.

Baca juga: Beredar Foto 12 Remaja Bawa Celurit Diduga Anggota Geng Motor, Ini Penjelasan Polisi

Sekitar pukul 2.00 WIB dini hari satu motor pengendara dibonceng tiga orang dihampiri rombongan remaja lainnya di depan kawasan Kuburan Cino di Jalan Pattimura.

Sekelompok remaja yang mengendarai 8 motor itu memepet motor tiga pemuda tersebut dan meminta rokok.

Tiga pemuda yang dimintai rokok itu bilang tak ada. Lalu para remaja itu melakukan intimidasi.

Lalu tiga orang yang diintimdasi ini berlari. Sampai di depan rumah makan Alif mereka masuk untuk minta pertolongan. Namun dua pemuda itu terlanjur dipukuli oleh sekelompok remaja itu.

Selanjutnya, salah satu karyawan Alif bernama Kuyung sambil membawa pedang mengusir remaja yang melakukan pemukulan itu. Niatnya untuk menggertak.

Namun bukannya kabur, para remaja itu malah mengambil kayu-kayu panjang di lokasi pembangunan seberang rumah makan Alif Group. Mereka balik menyerang.

Meliat gelagat para remaja itu, Kuyung pun lantas lari ke dalam.

Remaja-remaja itu memukuli etalase rumah makan. Kerugian mencapai Rp 250.000.

Rajak yang waktu itu sedang demam lantas turun dari kamarnya di lantai dua. Melihat remaja-remaja itu dia keluar mengejar dan barulah semuanya bubar.

"Selama 15 tahun di sini tidak pernah ada yang begitu," katanya.

Dia mengaku tidak melapor polisi terkait kejadian itu karena ia merasa tidak berurusan dengan para remaja itu.

Terkait dengan video-video yang disebut sudah lama, Rajak mengatakan, baru atau lama semestinya diusut.

"Tapi bagaimana tindak lanjut kepolisian melihat kejahatan seperti itu, walaupun sudah lama sebulan yang lalu tapi (harusnya) ditangani," katanya.

"Jangan bikin masyarakat bingung begini," katanya.

Menurutnya, tindak lanjut itu penting untuk melindungi orang-orang yang lemah agar tidak menjadi korban.

"Anggaplah kalau seperti kita siap, ada pertahanan. Kalau orang yang tidak bisa melawan, tidak tahu apa-apa dibegal atau dikapak, gimana?" kata Rajak.

Pengakuan korban pengeroyokan 

Edi (50), salah satu korban pengeroyokan geng motor mengaku bahwa penyerangan itu benar-benar ada. Namun Edi mengaku saat itu tidak dibacok.


"Tidak dibacok, saya melawan. Tangan saya tekelis (keseleo) akibat mau narik mereka," ungkapnya.

Edi mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Sabtu (10/10/2020) malam kemarin.

Awalnya di Perumahan Vila Kenali, Edi melihat anak-anak remaja duduk-duduk di salah satu pos simpang 4 perumahan tersebut.

"Saya bilang ngapain kalian. Mau tawuran. Terus mereka teriak saya saya, melawan kau, katanya," tutur Edi menirukan ucapan para remaja itu.

Edi lantas emosi melihat anak kecil membentaknya. Mereka ada sekitar 20 orang dan membawa motor serta senjata tajam.

Mereka kemudian menyerang Edi. Namun warga dari pos kamling ramai-ramai menolong Edi. Lantas para pelaku bubar.

Seumur-umur tinggal di Vila Kenali, baru sekali ini Edi menemui kejadian tersebut.

"Makanya agak marah mendengar kalau video-video geng motor itu dibilang hoaks," ungkapnya.

Edi mengatakan, masalahnya bukan soal video hoaks atau tidak, tapi tindak kejahatannya harus diusut.

Satrio, salah seorang warga Simpang kawat juga membenarkan adanya tawuran remaja tersebut.

"Di lorong puskesmas simpang kawat itu, masuk lorong, ada warung yang rusak juga," katanya.

Dia mengaku pernah mengintip dari dalam rumah ada anak-anak di bawah umur membawa motor dan senjata tajam seperti celurit dan pedang.

"Sekitar umur kelas 1 SMA atau kelas 2 SMA gitulah," katanya saat dihubungi via telepon, Rabu (14/10/2020).

Baca juga: Video Viral Geng Motor Bersenjata Tajam di Jambi, Polisi Minta Warga Waspada

Ichsan, salah satu warga Jambi mengatakan, ia beberapa kali melihat beberapa remaja mengendarai motor dengan dibonceng 3 orang sambil membawa senjata tajam.

"Mereka seperti anggap itu senang-senang," katanya.

Dia melihat mereka di sekitar rumah dinas wali kota Jambi.

"Mungkin terpengaruh game PUBG, sekolah libur, waktu luang banyak, nggak tahu mau ngapain," katanya.

Tanggapan polisi

Ipda Jefri selaku humas Polresta menjelaskan terkait hoaksnya video tersebut dan penyebutan geng motor.

"Itu bukan geng motor tapi pelaku tindak kejahatan," katanya via telepon, Kamis (15/10/2020).

Baca juga: Polisi Sebut Video Geng Motor di Jambi Hoaks dan 10 Penyebarnya Sudah Ditangkap

Jefri mengatakan, pihaknya masih mengembangkan penyelidikan terhadap 10 orang yang ditangkap karena menyebarkan video tersebut.

"Video itu beberapa bulan yang lalu dan diedit dan digabungkan dan meresahkan masyarakat," katanya.

Terkait kabar rombongan remaja yang meresahkan dan membawa senjata tajam, pihaknya terus melakukan patroli. Pihaknya akan mengejar para remaja itu.

"Dan kapolres mengimbau kalau ada kejadian seperti itu langsung dilaporkan agar tim bisa langsung turun," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com