Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Lahan Sengketa, Seorang Ibu Dicekik dan Dibanting hingga Terkapar, Ini Ceritanya

Kompas.com - 15/10/2020, 10:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Damaris seorang ibu rumah tangga dicekik dan dibanting saat bentrok antara warga Desa Pubabu-Besipae, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan petugas Satpol PP.

Bentrokan terjadi pada Rabu (14/10/2020) sekitar pujul 12.00 Wita.

Tak hanya Damaris, seorang remaja perempuan bernama Novi (15) juga terekam saat dianiaya oleh sejumlah pria di lokasi kejadian.

Video penganiayaan Damaris dan Novi viral di media sosial.

Baca juga: Bentrok Masyarakat Pubabu dan Satpol PP, Seorang Ibu dan Remaja Dibanting dan Dipukul

Kejadian tersebut berawal saat sejumlah aparat Pol PP, TNI, dan Polri datang ke lahan sengketa di Pubabu-Besipae.

Mereka hendak melakukan penghijauan dengan penanaman pohon lamtoro di lahan sengketa. Karena masih bersengketa dan masih pandemi Covid-19, warga menolak kegiatan tersebut.

Saat dikonfimasi, tokoh masyarakat Desa Pubabu Niko Manoe membenarkan penganiayaan tersebut.

Menurutnya tak hanya Damaris dan Novi yang mendapatkan perlakuan seperti itu. Ada beberapa perempuan lain yang diduga mendapatkan perlakuan yang sama.

 

Ia mengatakan kejadian tersebut berawal dari lahan sengketa di wilayah Desa Pubabi. Di hari kejadian, petugas Satpol PP dan DInas Peternakan Provinsi NTT melakukan kegiatan di lahan sengkat tersebut.

“Benar, ada kejadian itu, seperti video yang beredar di media sosial. Kejadian bermula sekitar jam 12.00 WITA, siang tadi hingga akhirnya ada tindakan represif dari pihak pemerintah provinsi kepada warga kami,” kata Niko saat dihubungi, Rabu (14/10/2020).

Mengetahui ada kegiatan tersebut, warga langsung menolak kedatangan petugas karena tak boleh ada kegiatan di lahan sengketa.

“Beberapa warga kami perempuan yang terluka. Ada ibu yang dicekik di leher hingga masih ada luka yang membekas,” ungkapnya.

Baca juga: Satpol PP Dalami Dugaan Pelanggaran Protokol Kesehatan Bupati Blora

Bantah lakukan kekerasan, klaim jadi korban

Tangkapan layar video viral dugaan tindak kekerasan di Desa Pubabu-Besipae, NTT, Rabu (14/10/2020).ISTIMEWA Tangkapan layar video viral dugaan tindak kekerasan di Desa Pubabu-Besipae, NTT, Rabu (14/10/2020).
Sementara itu saat dikonfirmasi, Kasat Pol PP NTT Cornelis Wadu membantah telah melakukan aksi kekerasan di Desa Pubabu-Besipe.

"Itu tidak benar. Nanti untuk lebih jelasnya konfirmasi langsung ke Plt Kepala Badan Pendapatan dan Aset Daerah NTT Weli Rohimone," ujar dia singkat.

Hal senada juga dikatakan Plt Badan Pendapatan dan Aset Daerah Welly Rohi Mone. Ia mebantah telah melakukan kekerasan pada warga.

Bahkan ia mengklaim anak buahnya menjadi korban karena mengalami memar di bagian kepala. Ia mengaku telah melaporkan dugaan penganiayaan tersebut ke Polsek Amanuban Selatan.

“Ini baru selesai visum. Kami sudah buat laporan, karena staf saya alami penganiayaan,” jelasnya.

Baca juga: Tergusur dari Hutan Adat Pubabu, Masyarakat Adat Besipae Hidup di Bawah Pohon

Sempat terjadi tarik menarik selang

Warga enggak dipindahkan karena rumah yang disediakan Pemprov NTT tidak layak.Aliansi Solidaritas Besipae Warga enggak dipindahkan karena rumah yang disediakan Pemprov NTT tidak layak.
Welly Rohi Mone mengatakan kedatangan Pemprov NTT dan Koresm 161 Wirasaksti Kupang di lahan sengketa tersebut untuk meninjau lahan yang akan dimanfaatkan untuk Program Tanam Jagung Penen Sapi.

Saat itu warga melarang mobil mengisi air sehingga terjadi tarik menarik selang antara warga dan petugas keamanan.

Kata Welly, saat tarik menarik itu seorang ibu terpeleset dan terjatuh. Lalu salah satu stafnya mencoba membantu ibu yang terjatuh tersebut.

Baca juga: Tolak Penggusuran Lahan Masyarakat Adat Pubabu, Ratusan Warga Demo di Kantor Gubernur NTT

Namun saat akan membantu, Welly mengatakan stafnya malah dipukul.

“Orang belum pegang sudah jatuh. Satu ibu terpeleset, namun hendak ditolong, justru dipukul,” katanya.

Kejadian penganiayaan oleh petugas Sat Pol PP dan sejumlah pria itu terekam di video berdurasi 2 menit 50 detik dan viral di media sosial.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Sigiranus Marutho Bere | Editor: Dheri Agriesta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com