Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Bandang di Garut, Puluhan Kapal Nelayan Hilang dan Rusak

Kompas.com - 14/10/2020, 13:56 WIB
Ari Maulana Karang,
Farid Assifa

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com – Banjir bandang yang melanda tiga kecamatan di wilayah Garut Selatan, Jawa Barat, juga membuat perahu para nelayan di pelabuhan ikan Pantai Santolo, Kecamatan Cikelet, hilang. Akibatnya, mereka merugi hingga ratusan juta rupiah.

Kapal beserta seluruh peralatan menangkap ikan yang ada di dalamnya rusak hingga hilang.

“Ada 36 kapal yang terdampak, 15 di antaranya hilang tenggelam di tengah laut saat banjir bandang dari sungai datang,” jelas Pudin Marjoko, ketua Rukun Nelayan Santolo saat ditemui di pelabuhan ikan Santolo, Rabu (14/10/2020) pagi.

Menurut Pudin, pelabuhan ikan Santolo menjadi tempat sandar sedikitnya 750 kapal ikan nelayan.

Pelabuhan ikan ini bertempat di muara Sungai Cilautereun. Saat banjir bandang datang pada Senin (14/10/2020), ada ratusan kapal nelayan yang tidak melaut sedang sandar di pelabuhan.

Baca juga: Perhutani Bantah Kerusakan Hutan Jadi Penyebab Banjir di Garut

Kapal-kapal nelayan tersebut ditambatkan di pelabuhan. Namun karena derasnya air, ada puluhan kapal yang hanyut ke laut.

Sebanyak 15 di antaranya, menurut Pudin, tenggelam di tengah laut bersama peralatan yang ada di kapal seperti mesin, jaring hingga genset.

“Kalau dihitung kerugian bisa lebih dari 500 juta rupiah, harga satu kapal saja sudah Rp 70 juta, belum jaring, mesin dan genset,” katanya.

Pudin mengaku, kapal miliknya memang tidak menjadi korban. Sebab, saat kejadian, ia tengah melaut dan baru kembali ke pelabuhan.

Para nelayan yang baru pulang melaut di pagi hari, tidak bisa masuk ke pelabuhan karena arus sungai besar.

“Sebagian ada yang lepas jangkar di tengah, sebagian lagi ke pantai berlabuhnya, yang lepas jangkar di tengah baru bisa sore merapat ke pelabuhan,” katanya.

Sula (45), nelayan yang biasa merapatkan kapalnya di pelabuhan ikan Santolo saat ditemui di Pantai Santolo mengungkapkan, meski saat kejadian ia sedang melaut, namun kapalnya tetap rusak akibat banjir bandang.

Sebab, saat akan berlabuh di pantai, arus air dari muara cukup kencang hingga membuat kerusakan ringan pada perahunya.

“Paling beli tambang buat ngikat bagian kapal yang kendor, karena kemarin kena arus kencang dari muara,” katanya saat ditemui tengah memperbaiki kapalnya yang dilabuhkan di Pantai Santolo yang sebelumnya jadi tempat wisatawan bermain air.

Sula yang tinggal di Kampung Mancagahar, Desa Mancagahar, Kecamatan Pamengpeuk, ini mengaku, harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu rupiah untuk memperbaiki kapalnya.

Namun, Sula masih merasa beruntung karena banyak rekannya harus mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah untuk memperbaiki kapal mereka yang rusak.

“Ada yang bagian kapalnya patah, itu biayanya bisa sampai Rp 1 juta lebih buat betulinya,” katanya.

Baca juga: Fakta Terkini Banjir dan Longsor di Garut, Bupati Sebut Soal Kerusakan Hutan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com