Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Maridi yang Lumpuh, Olah Emping dengan Berbaring Miring demi Hidupi Keluarga

Kompas.com - 14/10/2020, 06:07 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com - Belasan tahun lumpuh, Maridi (40), warga Padukuhan Karang, Kalurahan Girikarto, Kapanewon Panggang, Gunungkidul, DIY, tak putus asa berusaha mencari nafkah untuk keluarga.

Bahkan ketika tubuhnya hanya bisa terbaring, dia tetap mencoba mengolah makanan ringan untuk dijual. Maridi pernah membuat keripik dengan berbaring miring.

Hal itu ia lakukan demi menghidupi istri dan dua anaknya, yakni Imah (15) dan Yusuf (12).

Baca juga: Bangkit dari Kelumpuhan, Maridi Mampu Hidupi Keluarga dengan Kerupuk Buatannya

Jatuh dari pohon

Ilustrasi pohon sengon Ilustrasi pohon sengon
Kondisinya berubah drastis ketika Maridi terjatuh dari pohon setinggi 7 meter pada 2009.

Ketika itu, Mariadi yang bekerja sebagai staf tata usaha di sebuah madrasah tengah mencari pakan ternak.

Namun, tak disangka ranting pohon yang dia injak patah hingga Maridi jatuh dan kakinya lumpuh.

Baca juga: Cerita Bripka Heidi Sukses Jadi Peternak Lele, Terinspirasi Tekuni Bisnis Setelah Tilang Seorang Pengendara

 

IlustrasiKOMPAS/JITET Ilustrasi
Mengandalkan bantuan donatur

Kondisi tersebut membuat hidup Maridi berubah drastis.

Setelah lumpuh, dia tak lagi bekerja. Padahal, sebelumnya Maridi menjadi staf tata usaha di sebuah madrasah.

Untuk kehidupan sehari-hari, dia hanya mengandalkan donatur.

Sang istri, Hana, sempat berjualan nasi kuning dan dititipkan ke sekolah, hingga akhirnya mereka memiliki usaha kudapan tradisional.

Baca juga: Cerita Bu Kadi dan Fitri, Tinggal di Kamar Penuh Kotoran, Tak Keluar Sejak Sang Ayah Meninggal

Sambil berbaring miring

Maridi dibantu oleh seseorang terkait peralatan yang digunakan untuk memproduksi emping.

“Tahun 2013 saya mempunyai ide untuk membuat emping dari ketela. Alatnya alat press tambal ban. Waktu itu saya diberi alat itu oleh Pak Tuyadi, yang sekarang menjadi Lurah Girikarto,” ucap Maridi saat dijumpai di rumahnya, Selasa (13/10/2020).

Karena saat itu Maridi hanya bisa berbaring, terpaksa dia memiringkan badannya untuk mengolah bahan ketela menjadi emping.

Bahkan, tubuhnya sampai lecet karena terlalu sering miring sambil mengolah bahan makanan.

Namun, hasil produksinya itu akhirnya membuahkan hasil, meskipun sedikit.

“Setelah dijual hasilnya waktu itu Rp 20.000, itu uang pertama saya setelah saya seperti ini,” ucapnya.

Baca juga: Kisah Sutana dari Delanggu: Rentetan Cobaan Tak Surutkan Semangat Pemberdayaan Desa

 

Terus bangkit

Sambil terus berusaha, Maridi akhirnya bisa duduk sejak dua tahun terakhir.

Dia juga aktif mengikuti pelatihan-pelatihan wirausaha untuk meningkatkan kualitas produksinya.

Sampai dia berkreasi membuat kerupuk dari bahan daun ketela.

"Sekarang membuat emping, ceriping, rengginang, dan kerupuk daun ketela. Semua bahannya dari sini. Andalannya sekarang kerupuk daun singkong,” kata dia.

Maridi memilih merek dagang "Cap Kursi Roda" sebagai pengingat kondisinya saat ini.

“Nama kursi roda itu maksudnya bukan ingin dikasihani, tetapi sebagai penyemangat saya, dan orang-orang yang senasib untuk tidak menyerah,” kata Maridi.

Sulitnya masa pandemi

Pada masa pandemi Covid-19, Maridi merasakan kesulitan seperti banyak pengusaha lain.

Menurut dia, sebelum pandemi, dirinya mampu meraup untung Rp 2.500.000 per bulan.

Makanan produksinya biasa dijual di tempat-tempat wisata yang sempat ditutup lama oleh pemerintah.

“Sekarang omzetnya anjlok, sebulan paling hanya Rp 300.000,” ucap dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com