Geliat tambak udang ini pun berbanding lurus dengan permintaan energi listrik PLN.
Rata-rata pengusaha tambak membutuhkan daya sebesar 147 hingga 500 kVa.
Listrik negara menjadi pilihan para investor karena dinilai lebih efisien dan terjamin pasokannya.
Pengadaan genset sendiri oleh perusahaan hanya sebagai cadangan jika seandainya jaringan PLN mengalami gangguan.
Penggunaan listrik memang vital karena sejak penebaran benih hingga masa panen, kincir tambak harus berputar 24 jam non stop.
Bagi PLN, usaha tambak masuk dalam layanan pelanggan prioritas.
Usaha tambak mampu menyerap produksi energi saat sektor jasa pariwisata seperti perhotelan banyak yang gulung tikar.
Asisten Manager Komunikasi PLN Kepulauan Bangka Belitung Pandhu Kusumawardhana menyebutkan, tambak udang menjadi kelompok usaha yang menjadi salah satu penyelamat ekonomi daerah.
"Dengan ketersediaan daya saat ini, kami optimistis bisa mengawal pertumbuhan tambak udang tersebut," ujar Pandhu.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman mengatakan, sektor usaha tambak udang Vaname menjadi harapan di tengah perlambatan ekonomi akibat pandemi.
Bahkan pemprov mendorong optimalisasi lahan bekas tambang untuk diubah menjadi tambak.
"Sebagian lahan yang terlanjur bekas tambang timah itu berada di hutan lindung. Kami sampaikan pada Kementerian LHK untuk legalisasinya," ujar Erzaldi.
Baca juga: Jalani Karantina Covid-19, Oknum Brimob di Babel Diduga Aniaya Sesama Pasien, Ini Ceritanya