Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anaknya Meninggal Setelah 16 Bulan Tidur, Sofiatul: Allah Lebih Sayang Dia

Kompas.com - 13/10/2020, 08:03 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Sofiatul Jannah, ibunda, Rau Suriya Dhanefs (2), harus mengikhlaskan anak keduanya itu pergi untuk selamanya.

Rau merupakan balita dua tahun yang menderita sindrom putri tidur. Penyakit itu membuat Rau tertidur selama 16 bulan.

Baca juga: Ini Kisah Rau, 16 Bulan Tertidur karena Sindrom Putri Tidur, Meninggal di Meja Operasi

Berbagai pengobatan dan perawatan telah dilakukan agar Rau bisa sembuh.

Dimulai dari terapi medis hingga pengobatan alternatif. Namun, Tuhan berkehendak lain. Pada Minggu (4/10/2020), Rau meninggal dunia setelah tiga hari dioperasi untuk mengangkat penyakit hidrosefalus dan meningitis yang juga diderita bocah itu.

Baca juga: Terdengar Suara Teriakan dari Ladang Cabai, Saat Diperiksa Ternyata Satu Keluarga Telah Tewas

Sofia tidak menghitung berapa biaya yang dikeluarkan demi anaknya. Sofia juga tidak ingin dicap berutang perawatan jika anaknya meninggal.

"Sekarang Rau sudah meninggal. Meskipun sangat sedih, saya sudah banyak berkorban agar Rau bisa bertahan hidup. Mungkin Allah lebih sayang Rau," ujar Sofia saat ditemui di kediamannya di Pamekasan, Jawa Timur, Senin (12/10/2020).

Nenek Rau, Ratnawati menceritakan awal mula perjuangan Rau bertahan hidup atas kelainan yang diderita.

Sejak lahir, kondisi kesehatan Rau cukup baik. Namun, memasuki usia delapan bulan, sekujur tubuh Rau mendadak dingin.

Kepala dan wajah Rau memerah, pembuluh darah di wajahnya terlihat membiru. Rau kemudian dibawa berobat ke dokter spesialis anak di Pamekasan.

"Kata dokter disuruh opname di rumah sakit. Jika dalam 10 hari tidak ada perkembangan, disuruh rujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya," kata perempuan asal Dusun Timur Jalan, Desa Tentenan Timur, Kecamatan Larangan ini.

Selama menjalani perawatan di rumah sakit, gejala sleeping beauty syndrome mulai tampak. Mata Rau terus terpejam.

Karena 10 hari tidak ada perkembangan kesehatan, Rau kemudian dirujuk ke rumah sakit swasta di Surabaya. Di sana Rau dirawat selama dua bulan lebih.

Dokter kemudian mendiagnosis ada penyakit baru di tubuh Rau, yatu hidrosefalus dan meningitis TB.

Meksipun sudah dua bulan dirawat di rumah sakit mewah di Surabaya, mata Rau tetap terpejam.

Dokter menyarankan agar Rau dibawa pulang karena proses terapi bisa dilakukan di rumah sakit daerah di Pamekasan.

Tiga kali dalam sepekan Rau menjalani terapi di rumah sakit Pamekasan. Namun, seiring dengan pandemi Covid-19, terapi dihentikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com