Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kisah Rau, 16 Bulan Tertidur karena Sindrom Putri Tidur, Meninggal Setelah Dioperasi

Kompas.com - 13/10/2020, 06:55 WIB
Taufiqurrahman,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Duka mendalam menyelimuti keluarga Sofiatul Jannah (22) dan Rusum (40).

Anak kedua mereka Rau Suriya Dhanefs (2) meninggal dunia di sebuah rumah sakit swasta di Surabaya, Minggu (4/10/2020).

Rau sebelumnya divonis menderita sindrom putri tidur atau sleeping beauty syndrom yang membuat dia tidur hingga 16 bulan lamanya.

Baca juga: Kapolri Perintahkan 200 Personel Brimob Polda Maluku ke Jakarta, untuk Apa?

Kelainan yang dialami membuat Rau semasa hidup sempat viral di platform TikTok. Hal serupa juga terjadi saat Rau dikabarkan meninggal.

Lewat akun TikTok @shaka_17 milik nenek Rau, Ratnawati, ucapan belasungkawa mengalir. Ada sekitar 392.000 lebih orang menonton video postingan pada empat hari lalu, 4.291 komentar, dan 1.498 kali dibagikan. 

Baca juga: Terdengar Suara Teriakan dari Ladang Cabai, Saat Diperiksa Ternyata Satu Keluarga Telah Tewas

Nama akun @shaka_17 diambil dari saudara Rau, bernama Moh Shaka Dzurrafi (3,5). 

"Banyak sekali yang ikut bersedih atas kepergian cucu saya di akun TikTok saya," ucap Ratnawati saat ditemui di kediamannya, Senin (12/10/2020). 

Di sela-sela perbincangan, Ratnawati melihat video menggemaskan Rau. Wanita ini telihat sesunggukan menahan tangis. 

Perjuangan Rau bertahan hidup atas kelainan yang diderita berakhir ruang operasi.

Menurut Ratna, ada gangguan pada bagian paru-paru Rau sehingga harus menjalani operasi. Namun, Rau hanya bertahan tiga hari di rumah sakit. 

Ratnawati menceritakan kisah Rau. Sejak lahir, kondisi kesehatan Rau cukup baik. Namun, memasuki usia delapan bulan, sekujur tubuh Rau mendadak dingin.

 

Kepala dan wajah Rau memerah, pembuluh darah di wajahnya terlihat membiru. Rau kemudian dibawa berobat ke dokter spesialis anak di Pamekasan

"Kata dokter dusuruh opname di rumah sakit. Jika dalam 10 hari tidak ada perkembangan, disuruh rujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya," kata perempuan asal Dusun Timur Jalan, Desa Tentenan Timur, Kecamatan Larangan ini. 

Selama menjalani perawatan di rumah sakit, gejala sleeping beauty syndrome mulai tampak. Mata Rau terus terpejam.

Karena 10 hari tidak ada perkembangan kesehatan, Rau kemudian dirujuk  ke rumah sakit swasta di Surabaya. Di sana Rau dirawat selama dua bulan lebih. 

"Ada penyakit baru di tubuh Rau. Kata dokter Hydrosipalus dan meningitis TB," ujar Ratnawati.  

Meksipun sudah dua bulan dirawat di rumah sakit mewah di Surabaya, mata Rau tetap terpejam.

Dokter menyarankan agar Rau dibawa pulang karena proses terapi bisa dilakukan di rumah sakit daerah di Pamekasan.

Tiga kali dalam sepekan Rau menjalani terapi di rumah sakit Pamekasan. Namun, seiring dengan pandemi Covid-19, terapi dihentikan. 

Sebagai gantinya, Ratnawati mencoba pengobatan alternatif. Sebab semua petunjuk obat dari dokter sudah dipenuhi meskipun harganya jutaan rupiah. 

Selama pengobatan dihentikan, kondisi tubuh Rau berangsur-angsur membaik.

Susu yang awalnya disuntikkan ke mulutnya, sudah bisa diminum dengan botol. Bahkan, Rau sudah bisa mengonsumsi bubur.

Namun, Rau rentan sakit, terutama ketika dibawa ke luar rumah. 

 "Sensitif sekali kesehatannya makanya jarang saya bawa keluar rumah," ungkap Ratnawati. 

 

Saat video Rau viral di akun media sosial, Ratnawati banyak mendapat dukungan moral.

Banyak pengikutnya yang menyarankan berbagai alternatif pengobatan. Namun, tidak semuanya diikuti. 

Sofiatul Jannah, ibu Rau mengatakan, berbagai pengobatan yang diberikan kepada anaknya sudah cukup.

Sofia  tidak menghitung berapa biaya yang dikeluarkan demi anaknya. Sofia juga tidak ingin dicap berutang perawatan jika anaknya meninggal. 

"Sekarang Rau sudah meninggal. Meskipun sangat sedih, saya sudah banyak berkorban agar Rau bisa bertahan hidup. Mungkin Allah lebih sayang Rau," ujar Sofia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com