Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Rusak Ratusan Hektar Sawah di Bengkulu, Disebabkan Alih Fungsi Lahan Jadi Perkebunan Sawit

Kompas.com - 09/10/2020, 15:23 WIB
Firmansyah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Soal tata ruang

Sementara itu ahli tata ruang Unoversitas Bengkulu, Khairul Amri menegaskan hal yang harus dilakukan pemerintah adalah dengan tetap menjaga kestabilan hutan dan tata ruang yang ada.

"Jangan sampai terjadi terjadi alih fungsi lahan, juga tetap melakukan penghijauan terutama daerah hulu sungai (up stream) agar tetap stabil. Di sisi lain juga penangulangan sistem persampahan dan sistem drainase perkotaan harus terpadu sehingga titik rawan banjir dapat diatasi karena untuk mengcover limpasan yang besar harus juga dengan sistem drainase terpadu," jelasnya.

Rata-rata bagian wilayah hulu kawasan banjir itu hutannya sudah rusak akibat perambahan hutan dan dibukanya perkebunan secara besar-besaran sehingga hutan dan tutupan lahan menjadi rusak.

Hal ini mengakibatkan limpasan permukaan air hujan (run off ) menjadi besar, dan resapan (infiltrasi) air hujan menjadi kecil menyebabkan terjadi tidak seimbang, akibat limpasan besar memicu juga terjadinya erosi dan degradasi lahan. 

Hal ini menyebabkan juga terjadinya sedimentasi pada alur sungai yang membuat sungai menjadi dangkal, sehingga daya tampung sungai menjadi menurun.

"Kesemuanya memicu terjadinya banjir terutama daerah atau wilayah bagian hilir yang berada di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kawasan yang mempunyai topografi yang rendah, ini banyak terjadi di sejumlah wilayah Bengkulu termasuk Kota Bengkulu," demikian Khairul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com