Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Padi Hanyut, Enam Bulan ke Depan Kami Makan Apa?"

Kompas.com - 09/10/2020, 14:50 WIB
Firmansyah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Penyebab Banjir Perkebunan Sawit

Iksan dan Risdianto secara kompak menyebutkan penyebab banjir di daerahnya adalah dibukanya kawasan hutan penyangga air di hulu sungai. Di Kecamatan Semidang Alas terdapat Sungai Alas. Hulu Sungai Alas terdapat dua perusahaan kelapa sawit yang membuka lahan cukup luas.

"Selama ini banjir tidak pernah terjadi namun akibat hulu sungai dibuka perkebnunan sawit banjir bah sungai meluap menerjang sawah," tegas Iksan.

Risdianto juga mengatakan di hulu sungai di daerahnya juga terdapat dua perusahaan kelapa sawit yang membuka perkebunan mengakibatkan banjir rutin sering terjadi sejak dua tahun terakhir.

Risdianto menyebutkan sejauh ini bantuan yang diterima warga terdampak banjir beras 5 kilogram, mie, obat nyamuk dan lainnya. Namun apaklah ada bantuan dari pemerimtah terkait sawah yang rusak dirinya belum mendapatkan kabar.

"Saya tidak tahu apakah ada bantuan dari pemerintah terkait sawah yang rusak," ujarnya.

Sementara itu Iksan menyebutkan, sejauh ini dirinya belum mendapatkan bantuan dari pemerintah atas musibah banjir yang menimpanya.

Camat Kecamatan Semidang Alas, Zaidi saat dihubungi sambungan telepon membenarkan banjir kerap terjadi di wilayahnya apabila hujan dalam intensitas tinggi.

Secara umum Zaidi katakan banjir disebabkan oleh meluapnya air dan dibukanya kawasan hulu sungai oleh perkebunan milik swasta dan masyarakat.

"Di hulu sungai dibuka oleh perkebunan milik swasta dan masyarakat sehingga daya serap air tidak maksimal," jelasnya.

Terkait bantuan menurut Zaidi pemerintah menyalurkan bahan pokok seperti beras dan mie. Namun apakah ada bantuan untuk petani yang sawahnya rusak Zaidi mengatakan pihaknya masih berkoordinasi dengan Pemda Seluma.

Kepala BPBD Kabupaten Seluma, Arben belum dapat dimintai keterangan. Kompas.com berusaha menghubunginya via telepon namun belum terhubungkan karena akses dan sinyal yang buruk di daerah itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com