Demonstrasi penolakan Omnibus Law UU Cipta Kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berlangsung ricuh.
Massa yang awalnya berjumlah sekitar 1.500 orang, bertambah menjadi sekitar 2.000 orang.
Mereka berunjuk rasa di Gedung DPRD DIY di sekitar Jalan Malioboro.
Massa demonstran yang tidak diketahui asalnya, diduga membakar sebuah restoran bernama Legian Resto di Malioboro, Yogyakarta.
Resto tersebut berada di selatan gedung DPRD DIY.
"Terkait rumah makan yang dibakar saya belum mengetahui penyebabnya apakah dimolotov atau tidak. Bisa dilihat sendiri kondisinya," kata Kapolresta Yogyakarta Kombes Purwadi Wahyu Anggoro.
Ia mengungkapkan, ada beberapa kendaraan anggota kepolisian yang juga mengalami kerusakan dan terbakar.
Selain itu demo yang berujung ricuh menyebabkan beberapa anggota polisi dan tiga orang jurnalis terluka.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono pun angkat bicara.
Ia menegaskan, masyarakat asli Yogyakarta tidak pernah memiliki itikad berbuat anarkis untuk aktivitas yang dilakukan dalam kelompok masyarakat.
"Saya Hamengku Buwono X mengimbau dan berharap kepada warga kelompok-kelompok masyarakat, bukan karakter kita untuk berbuat anarkis di kotanya sendiri," jelas Sri Sultan.
Sebab, beberapa kelompok dari elemen buruh, pelajar dan mahasiswa sebenarnya telah selesai melakukan audiensi dengan anggota DPRD.
"Ya kalau saya, saya menyesali kejadian, kejadian anarki dan itu by design. Kenapa saya mengatakan itu, karena itu yang dari mahasiswa, pelajar, sama buruh sudah selesai di DPRD. Tapi ada sekelompok yang tidak mau pergi," katanya, Jumat (9/10/2020).
Adapun kericuhan dimulai sekitar pukul 12.30 WIB. Menjelang sore, massa aksi melempar benda ke Geudng DPRD DIY.
Mereka juga mencorat-coret tembok gedung DPRD dan memecahkan kacanya. Massa juga merusak dua sepeda motor di halaman DPRD DIY.