Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kick Off Food Estate, Jokowi Sebut Dimulai dengan 30.000 Ha di Kalteng

Kompas.com - 08/10/2020, 22:28 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Dewantara,
Khairina

Tim Redaksi

PULANG PISAU, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menyatakan, di tahun 2020 ini program food estate di Provinsi Kalimantan Tengah mulai direalisasikan.

Program food estate akan dimulai dengan menanami lahan eks Proyek Lahan Gambut (PLG) di Kabupaten Pulang Pisau seluas 10 ribu hektare dan 20 hektare lagi di Kabupaten Kapuas. 

"Hingga totalnya di Provinsi Kalimantan Tengah untuk tahun 2020 adalah 30 ribu hektare," ujar Presiden Jokowi dalam siaran pers secara daring Desa Siam, Kecamatan Pandih Batu, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, Kamis (8/10/2020). 

Baca juga: Gubernur Kalbar: Saya Mohon Presiden Keluarkan Perppu Cabut Omnibus Law

Kehadiran kedua kali Jokowi di Kalteng pada 2020 dalam rangka kick off program food estate di provinsi berjuluk Bumi Tambun Bungai ini. 

Menurut orang nomor satu di Indonesia ini, total lahan di Kalteng yang dialokasi untuk proyek lumbung pangan nasional tersebut seluas 168 ribu hektare. 

Presiden tiba di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, sekitar pukul 09.10 WIB dengan pesawat kepresidenan.

Sesampainya di bandara terbesar di Kalteng ini, rombongan presiden langsung terbang menggunakan tiga helikopter Super Puma milik TNI AU ke Desa Gadabung, Kecamatan Pandih Batu, Pulang Pisau.

Setelah meninjau lahan rencana food estate di desa ini, rombongan melanjutkan perjalanan ke Desa Belanti Siam.  Di desa inilah kick off program food estate dilaksanakan dengan ditandai penanaman padi di salah satu blok eks PLG, yakni di Jalan Katingan 3 Blok B Rey 20.  

Urusan pengolahan lahan, kata Jokowi, semua akan menggunakan mesin-mesin mekanis  modern.

"Seperti yang kita lihat di sini, tadi misalnya, pemupukan memakai drone. Kemudian untuk membajak sawah memakai traktor apung. Satu hari bisa dua hektare. Karena yang akan kita kerjakan lahan yang sangat luas, hingga dibutuhkan mekanisasi alat-alat modern sehingga kecepatan itu benar-benar ada," terang Jokowi. 

Baca juga: Jokowi Tinjau Food Estate di Kalteng Saat Puncak Mogok Kerja Buruh

Selain ditanami padi, lahan food estate juga akan dikombinasikan dengan beragam komoditas lain, mulai dari jeruk, kelapa, bawang merah, hingga ikan dan itik. Model bisnis semacam ini akan dibangun setiap 1.000 hektare lahan.

"Jika hasilnya bagus, model bisnis ini juga akan diterapkan di daerah lain," tambah Jokowi. 

Dalam kunjungan tersebut Presiden Jokowi tampak didampingi Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko dan Pelaksana Tugas Gubernur Kalteng Habib Ismail.

Tuai pro kontra

Pencanangan program lumbung pangan nasional dengan memanfaatkan lahan eks PLG di Kalteng tak urung menuai pro dan kontra.

Akademisi IAIN Palangkaraya Sabian Utsman mengaku optimistis program ini bisa menjawab kekhawatiran organisasi pangan dunia (FAO) yang menyebut akan ada krisis pangan dunia.

"Food estate akan menjadikan provinsi kita sebagai tempat strategis sebagai lumbung pangan. Dampaknya jelas akan mendongkrak kesejahteraan masyarakat Kalteng dan sekitarnya," terang Sabian yang merupakan Ketua Program Pascasarjana Hukum Keluarga IAIN Palangka Raya. 

Namun, Sabian menekankan, keberhasilan program food estate sangat ditentukan keseriusan pemerintah dalam melaksanakannya.

"Kajiannya harus betul-betul serius, mulai dari perencanaan sampai dengan potensi dampak yang ditimbulkan baik dari aspek sosial maupun lingkungan. Keseriusan ini harus dikedepankan agar tidak mengulang kegagalan PLG di masa lalu," paparnya. 

Sedangkan menurut Alma Adventi, seorang peneliti independen asal Palangkaraya yang meraih gelar Phd di bidang Kualitas Sumber Daya Air dari Universitas Manchester, Inggris, meyakini pelaksanaan program food estate di eks PLG hanya akan memperparah kerusakan ekosistem gambut Kalteng.

Terlebih, peta awal saat pertama kali program ini digulirkan berbeda dengan yang diumumkan dalam paparan konsultasi publik dalam rangka Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Cepat Program Food Estate di Kalteng pada 29 September lalu.

"Awalnya di Juni 2020 dibilang cuma menyasar yang tanah alluvial dan gambut tipis seluas 165 ribu hektare. Tetapi, dalam paparan konsultasi publik rapid KLHS Program Food Estate 29 September, telah didelineasi area seluas 770.600 hektare untuk kawasan food estate," ungkap Alma. 

Baca juga: Mentan Targetkan Proyek Food Estate Jadi Pusat Industri Pangan

Padahal, sebagian besar area ini ternyata adalah kawasan hutan lindung dan kubah gambut, yakni areal gambut dalam dengan fungsi lindung.

Dia menilai kebijakan penggunaan lahan ini bisa berdampak lebih besar ketimbang proyek PLG 25 tahun lalu. Saat itu program PLG telah mencacah 1,4 juta hektare kawasan gambut di Kalteng. 

Dampak yang ditimbulkan bisa beragam, terutama oksidasi gambut dan subsidence atau penurunan permukaan tanah.

"Subsidence akan bikin permukaan tanah turun terus sehingga mudah kena banjir kaya di daerah Dadahup. Jadinya tata kelola air mahal. Sering tanaman padi petani siap panen di situ (Dadahup) kebanjiran dan gagal panen," terangnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com