JEMBER, KOMPAS.com – Belasan mahasiswa asal Papua yang ikut aksi menolak UU Cipta Kerja di bundaran DPRD Jember tak langsung pulang.
Setelah demo usai, mereka memunguti sampah yang berserakan di jalan. Aksi tersebut merupakan bentuk kepedulian kepada kebersihan lingkungan.
“Karena sampah ini tadi kami yang bawa, kami juga yang harus membersihkan,” kata Niko Agaki, salah satu mahasiswa asal Papua di lokasi, Kamis (8/10/2020).
Baca juga: Demo Tolak UU Cipta Kerja Ricuh, Kaca Gedung DPRD Jember Pecah Dilempar Batu
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mandala tersebut mengajak teman-temannya untuk memungut sampah plastik dan kertas.
“Kami ada sekitar 15 yang ikut aksi ini,” ujar dia.
Baca juga: Demo Tolak Omnibus Law di Bali Ricuh, Massa Berpakaian Hitam Lempari Polisi dengan Batu
Niko mengatakan, dia bersama komunitas mahasiswa Papua memang sudah mempersiapkan tempat sampah. Hal ini bukan yang pertama.
“Kalau ada demo kami ikut, pasti pungut sampah juga,” jelas mahasiwa baru ini.
Sebelumnya diberitakan, 25 elemen organisasi terlibat dalam aksi tersebut. Mulai dari organisasi intra dan ekstra kampus.
Selain itu, juga ada aliansi pelajar dan aliansi mahasiswa Papua.
Koordinator aksi demo penolakan UU Cipta Kerja Andy Saputra mengatakan, demonstrasi bubar setelah anggota DPRD Jember sepakat untuk mengirimkan kajian dari mahasiswa terkait Omnibus Law UU Cipta Kerja ke DPR RI.
Ketua DPRD Jember Itqon Syauqi bersama pimpinan dewan menyetujui tuntutan mahasiswa.
“Kami sudah berkomitmen dengan 25 elemen mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi mereka,” tutur dia.
Sebelumnya diberitakan, demo tersebut sempat ricuh. Aksi diwarnai dengan pelemparan batu ke gedung DPRD Jember. Sejumlah kaca di lantai dua gedung pecah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.